MENGUAK MANFAAT AIR KELAPA UNTUK KESEHATAN
Manfaat Air Kelapa untuk Ibu Hamil
Air kelapa yang dikonsumsi ibu hamil, konon memilki banyak manfaat,tetapi sebagian orang tidak mempercayainya itu.Manfaat Air Kelapa untuk Ibu Hamil hanyalah mitos saja “bila rajin minum air kelapa muda terutama di trimester ketiga kehamilan maka air ketuban akan bersih dan bayi yang dilahirkan juga bersih kulitnya, lebat rambutnya, dan bening matanya”.
Manfaat Air Kelapa mencegah dari kelebihan berat badan
Air Kelapa mengandung lemak dan kalori yang rendah. Segelas air kelapa dalam proses pencernaan memberikan bantuan dari peradangan dan keasaman. Hal ini dikarenakan air kelapa memiliki asam laurat yang menyembuhkan gangguan pencernaan saluran.air kelapa itu rendah gula yang membuatnya menjadi minuman bergizi bagi pasien jantung dan diabetes. Hal ini juga membantu dalam penurunan berat badan.
Manfaat Air Kelapa untuk membersihkan racun dari tubuh
Air kelapa merupakan minuman energi dengan enzim bioaktif yang meningkatkan metabolisme Anda dan meredakan rasa lelah. Manfaat air kelapa pada sistem pencernaan seperti membersihkan racun dari tubuh.
Manfaat Air kelapa untuk Rambut
Air kelapa dipercaya dapat melebatkan rambut serta menyehatkan rambut,Manfaat Air Kelapa untuk menyembuhkan infeksi urin
Air kelapa adalah obat alami untuk menyembuhkan infeksi urin. Hal ini tentu berlaku pada kesehatan ginjal dan batu uretra.
Manfaat Air Kelapa untuk mengatasi luka bakar
Manfaat air kelapa selain diminum adalah dapat untuk mengobati luka, telapak kaki pecah-pecah, bahkan eksim. Caranya yaitu dengan membuat obat oles yang terbuat dari beras dan air kelapa. Untuk membuatnya sangat mudah sediakan kira-kira segenggam beras, lalu rendamlah beras tersebut dalam air kelapa muda bersama tempurungnya sampai beras terasa asam karena peragian, lalu beras ditumbuk hingga halus.
Caranya air kelapa muda dicampur dengan sejumput bubuk kunyit dan air kapur sirih dalam ukuran sama.
Manfaat Air Kelapa untuk kulit
Manfaat Air Kelapa untuk wajah, Air Kelapa untuk kulit muka air kelapa bisa untuk mengatasi jerawat caranya yaitu dengan mencuci muka setiap hari secara rutin dengan air kelapa. Selain bisa untuk menyembuhkan jerawat bisa juga untuk mengatasi noda-noda hitam, kerutan pada wajah, kulit kering, dan wajah bisa tampak menjadi berseri.
Air kelapa tidak hanya bermanfaat jika diminum tetapi juga penting bagi kesehatan kulit, seperti kulit yang kering.
Manfaat Air Kelapa untuk penderita rematik dan stroke
JENIS-JENIS AIR DI BUMI
Air Merupakan sumber utama bagi kelangsungan kehidupan di muka bumi ini, air hampir menutupi 71% permukaan bumi. Air di katakan sebagai sumber kehidupan karena tanpa air manusia, hewan dan tumbuhan serta penghuni kehidupan dimuka bumi ini tidak bisa berlangsung.
Air juga melangalami sebuah sirkulasi yang biasa disebut dengan siklus air atau siklus hidrologi, sebelum beranjak lebih jauh ada baiknya anda memahami pengertian air atau definisi air.
Sedangkan pembagian jenis – jenis air di kategorikan menjadi dua bagian, diantaranya ialah :
Air tanah adalah air yang berada di bawar
permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air
tanah preatis dan air tanah artesis.
- Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
- Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
Air pemukaan adalah air yang berada di
permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh
air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain
sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
- Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
- Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.
Perairan di daratan
Perairan di daratan tergolong sebagai perairan tawar, yaitu semua perairan yang melintasi daratan. Air di daratan meliputi air tanah dan air permukaan.
Air tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah. Air tanah berasal dari salju, hujan atau bentuk curahan lain yang meresap ke dalam tanah dan tertampung pada lapisan kedap air.
Air tanah dangkal
Air freatis adalah air tanah yang terletak di atas lapisan kedap air tidak jauh dari permukaan tanah.
Air freatis sangat dipengaruhi oleh resapan air di sekelilingnya. Pada musim kemarau jumlah air freatis berkurang. Sebaliknya pada musim hujan jumlah air freatis akan bertambah. Air freatis dapat diambil melalui sumur atau mata air.
Air tanah dalam
Air artesis adalah air tanah yang terletak jauh di dalam tanah, di antara dua lapisan kedap air.
Lapisan di antara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Air artesis dapat dapat diperoleh melalui pengeboran. Sumur pengeborannya disebut sumur artesis...
Air permukaan
Air permukaan adalah wadah air yang terdapat di permukaan bumi. Bentuk air permukaan meliputi sungai, danau, rawa.
Sungai
Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui suatu lembah atau di antara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah (laut, danau atau sungai lain).
Bagian-bagian sungai
Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
- Bagian hulu sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat mengalir turun.
- Bagian tengah sungai terletak pada daerah yang lebih landai.
- Bagian hilir sungai terletak di daerah landai dan sudah mendekati muara sungai.
Jenis-jenis sungai
Jenis-jenis sungai dibagi menjadi 5, yaitu sungai hujan, sungai gletser, sungai campuran, sungai permanen dan sungai periodik.
- Sungai hujan adalah sungai yang berasal dari hujan.
- Sungai gletser adalah sungai yang airnya berasal dari gletser atau bongkahan es yang mencair.
- Sungai campuran adalah sungai yang airnya berasal dari hujan dan salju yang mencair.
- Sungai permanen adalah sungai yang airnya relatif tetap.
- Sungai periodik adalah sungai dengan volume air tidak tetap.
Danau
Danau adalah tubuh air dalam jumlah besar yang menempati basin di wilayah daratan. Suatu genangan dapat disebut danau jika memiliki tiga kriteria sebagai berikut.
- Mempunyai permukaan air yang cukup luas untuk mampu menimbulkan gelombang.
- Air cukup dalam sehingga terdapat strata suhu pada kedalaman air.
- Vegetasi yang mengapung tidak cukup untuk menutupi seluruh permukaan danau.
Jenis-jenis danau
Terdapat 8 jenis danau, yaitu danau glasial, danau vulkanik, danau tektonik, danau tekto-vulkanik, danau kurst, danau aliran, danau laguna, dan danau buatan.
- Danau glasial adalah danau yang terjadi karena akibat adanya erosi dan pengendapan yang diakibatkan aktivitas gletser di lereng-lereng bukit atau pegunungan.
- Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk karena aktivitas vulkanik. Kaldera yang terbentuk tergenang oleh air hujan sehingga terbentuklah danau.
- Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena pergeseran lempeng tektonik. Pergerakan lempeng tektonik akan membentuk lembah yang kemudian terisi oleh air hujan.
- Danau tekto-vulaknik adalah danau yang terbentuk karena adanya aktivitas tektonik yang memacu kegiatan vulkanik sehingga patahan dan gunung berapi. Bekas gunung tersebut akan membentuk basin yang terisi air hujan.
- Danau kurst adalah danau yang terbentuk karena pelarutan kapur oleh air yang membentuk basin.
- Danau aliran adalah danau yang terbentuk karena pemotongan muara sungai akibat sedimentasi.
- Danau laguna adalah danau yang terbentuk karena kombinasi kerja antara angin dan ombak yang menyebabkan terjadinya tanggul pasir di sepanjang pantai dan membentuk sebuah laguna.
- Danau buatan adalaah danau yang terbentuk karena pembendungan air sungai oleh manusia.
Manfaat Danau
Danau sebagai penampungan air mempunyai banyak manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Manfaat danau diantara lain sebagai berikut.
- Danau sebagai pembangkit listrik.
- Danau sebagai tempat rekreasi
- Danau sebagai tempat perikanan darat.
- Danau sebagai pengendali banjir.
Daftar bacaan:
http://etnize.wordpress.com/2009/07/01/jenis-jenis-air-di-bumi/
kuliah 1- Air, manfaat bagi kesehatan dan pengelolaan air
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.
Sejumlah ayat dalam al-qur'an memuat tentang air. Di antara ayat-ayat dimaksud adalah: "Kami jadikan air semua yang hidup dari air, masih tidak mau kalian beriman (kepadaKu).. (Q.S. Al-Ambiya: 30).
Tidakkah kamu melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya, dan Allah juga menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakannya butiran-butiran es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan dihindarkan dari siapa saja yang dikehendaki-Nya, kilauan kilat awan itu hampir menghilangkan penglihatan.” (QS: An-Nur : 43)
“Dan
pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari
langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan
pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berakal”. (Q.S. Al-Jatsiyah : 5 )
Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%.
Setiap hari kurang lebih 2.272 liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urine. Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air dipergunakan antara lain untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata- rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Air adalah makhluk tuhan yang sangat unik, penting, ajaib dan sangat berguna untuk semua makhluk hidup pada umumnya di permukaan bumi. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia dan makhluk hiudp lainnya. Manusia memerlukan air baik untuk proses kimia fisika maupun untuk aktifitas kehidupan lainnya.
Sekalipun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengelolaannya. Kualitas total air tawar yang ada di bumi jumlahnya relatif dapat menurun jumlahnya.
Pengelolaan air di sini termasuk pengelolaan perairan pantai dan ekosistem danau. Pengelolaan air meliputi strategi sebagai berikut:
- melindungi perairan agar terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga kelangsungan flora dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik maupun kimiawi;
- mengusahakan cahaya matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses fotosintesa dapat berjalan lancar
- menjaga agar fauna memangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai makanan
- mempergunakan sumberdaya berupa air seefisien mungkin, sehingga zat hara yang ada dapat tersimpan dengan baik yang juga berarti sebagai penimpan energi dan materi;
Usaha Mencegah Pencemaran Air
Usaha pencegahan pencemaran air ini bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai berikut:
- Pembuangan air limbah ke perairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah.
- Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi sinergisma antarpolutan.
- Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah di perairan
- Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke dalam perairan. Hal ini untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.
- Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang di perairan.
- Mengeluarkan atau menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktifitas mikroba tertentu sebelum dibuang ke dalam perairan umum
Sumber:
1. Lingkungan Hidup & Kelestariannya Prof. Dr. H, Imam Supardi, dr. Sp.Mk.
2. Pengantar Kesehatan Lingkungan Dr. Budiman Chandra , Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kuliah ke-2 Pengelolaan tanah dan air di berbagai pertanaman padi
Sawah merupakan suatu sistem budaya
tanaman yang khas dilihat dari sudut kekhususan pertanaman yaitu padi, baik itu
dalam penyiapan tanah, pengelolaan air, dan dampaknya terhadap lingkungan. Karena itu,
sawah perlu diperhatikan secara khusus dalam pola pengelolaan lahannya. Menurut
Hardjowigeno (1993), tanah sawah atau “paddy soil” adalah tanah dengan
horizon permukaan berwarna pucat karena reduksi Fe dan Mn akibat penggenangan
air sawah, dan senyawa tersebut pindah serta mengendap di permukaan gumpalan
struktur tanah dan lubang-lubang akar.
Berbicara tentang
tanah sawah bahasan utamanya tentu produksi padi dan beras dengan
mengupayanakan sistem pengelolaan yang berkelanjutan. Penyiapan tanah sawah
meyebabkan perubahan sifat-sifat fisik,
kimia, biologi, serta morfologi tanahnya. Keadaan tanah alami berubah menjadi
keadaan tanah buatan dan menyimpang dari keadaan yang dikehendaki oleh
pertanaman yang lain dalam bentuk pelumpuran tanah.
Tanah diolah dengan cara
pelumpuran menghancurkan agregat tanah. Pada kondisi tergenang agregat tanah
akan terdispersi dan penghancuran agregat akan semakin intensif pada saat tanah
dibajak, digaru dan dilumpurkan. Jika tanah dilumpurkan, tiap lapisan pada zona
pelumpuran memiliki karakteristik yang berbeda dengan lapisan yang lainnya.
Hasil penelitian Saito dan Kawaguchi (1971) dalam Sharma dan De Datta
(1985) menunjukkan bahwa pada lapisan tanah permukaan 0-15 cm pada zona
pelumpuran tersusun oleh tanah dengan tekstur yang halus, lapisan tengah dengan
tekstur yang agak kasar dan lapisan bawah dari zona tersebut sangat masif tanpa
ada perbedaan tekstur.
Keterpaduan pengelolaan pada sistem alam
Keterpaduan pengelolaan dalam sistem manusia:
b. Peran kelembagaan (institusional roles) pemerintah dan stakeholders pada berbagai tingkatan
c. Instrumen-instrumen pengelolaan (management instrument) utk pengaturan yg efektif
Kecenderungan dan isu pengelolaan terpadu SDA di Indonesia.
Ada 3 fenomena penting yg perlu dicermati dalam kaitan dengan pengelolaan
sumberdaya air (SDA) di Indonesia : 1.Permintaan terhadap air dari
berbagai sektor kehidupan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dari tempat
ke tempat,2.Penurunan kondisi SDA,3.Krisis pengelolaan.
Apa konsekuensi dari permintaan terhadap air yang cenderung meningkat itu? Akibat : perkembangan pemukiman di kota, industri,
pertambangan dan energi listrik; Peningkatan permintaan ini telah menimbulkan kelangkaan
sehingga timbul kompetisi dan konflik dlm pengalokasian baik di sektor
pertanian maupun non-pertanian.
Peningkatan permintaan dan terjadinya kelangkaan air
diikuti pula oleh penurunan kondisi SDA dalam bentuk Kerusakan
Daerah Tangkapan dan Pencemaran Air,
sehingga terjadi kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.
Benarkah ada krisi pengelolaan?
Krisis pengelolaan yg ditandai oleh ketidak-mampuan kerangka kebijakan,
kerangka hukum, kerangka kelembagaan dan kapasitas SDM dalam menyikapi fenomena
pertama dan kedua diatas.
Ketiga fenomena tersebut
mengindikasikan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan SDA
sehingga diperlukan adanya keterpaduan dalam pengelolaan dan pembaharuan
kebijakan.§Dalam
kaitan ini pemerintah RI sudah melakukan upaya pembaharuan kebijakan SDA.
Pengelolaan SDA secara terpadu (IWRM)
adalah suatu proses yang mengedepankan pembangunan pengelolaan sumberdaya
terkait lainnya secara terkoordinasi dalam rangka memaksimalkan resultan
ekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan
ekosistem yang vital.
Pengertian dan prinsip pengelolaan terpadu
Pengertian dan prinsip pengelolaan terpadu
Prinsip-prinsip pengelolaan air secara terpadu
dikembangkan sebagai respon terhadap pola pengelolaan SD Air yang diterapkan
selama ini yngg cenderung terpisah-pisah (fragmented)
Hal ini telah menimbulkan persoalan seperti banjir,
interusi air laut, pencemaran dsb.
Keterpaduan ini mencakup : Keterpaduan
pada sistem alam (natural system) dan Keterpaduan
pada sistem manusia (human system).
Keterpaduan pengelolaan pada sistem alam
1.Keterpaduan antara hulu-hilir
2.Keterpaduan kuantitas dan kualitas
3.Keterpaduan air permukaan dan bawah tanah
4.Keterpaduan penggunaan lahan dan penggunaan air
5.Keterpaduan green water dan blue water
6.Keterpaduan pengelolaan air tawar dan daerah pantai
Keterpaduan pengelolaan dalam sistem manusia:
1.Keterpaduan antar sektor dalam
pembuatan kebijakan nasional (cross-sectoral integration in national policy
development)
2.Keterpaduan semua stakeholders dlm
perencanaan dan pengambilan keputusan
3.Keterpaduan diantara pengelolaan
air dan air limbah
Dalam Pengelolaan terpadu sd Air ada tiga kriteria utama:
Dalam Pengelolaan terpadu sd Air ada tiga kriteria utama:
1. Efisiensi ekonomi
2. Keadilan
3. Keberlanjutan
Elemen penting dalam kerangka dan pendekatan IWRM
Elemen penting dalam kerangka dan pendekatan IWRM
a. Lingkungan yang
memungkinkan (enabling environment) dalam bentuk kebijakan
nasional, peraturan/UU, dan informasi tentang stakeholders
pengelolaan SD Air.
b. Peran kelembagaan (institusional roles) pemerintah dan stakeholders pada berbagai tingkatan
c. Instrumen-instrumen pengelolaan (management instrument) utk pengaturan yg efektif
Kecenderungan dan isu pengelolaan terpadu SDA di Indonesia.
1. Tanggung jawab
pengelolaan dan perlindungan SDA terbagi (fragmented) diantara berbagai
instansi pemerintah : Kemen Kimpraswil, Pertanian, Kehutanan, ESDM yang
masing-masing memiliki prioritas dalam pengelolaan SD Air. Perlu adanya
koordinasi yang baik antar instansi tersebut.
2. Sebagian besar air (± 85%) digunakan untuk irigasi
dengan efisiensi pengaliran rendah (± 40%). Secara ekonomi nilai air untuk
penggunaan ini rendah. Ketika permintaan dari sektor lain meningkat
(untuk minum, industri dsb) maka cenderung terjadi relokasi air dari kegiatan
pertanian ke non-pertanian. Timbul isu persoalan jaminan air bagi petani
yg merupakan kelompok yg lemah dalam masyarakat.
3.
Pengelolaan SD Air di Indonesia mempunyai bias sisi penyediaan (supply)
yg ditandai oleh: Perlakuan terhadap air sebagai sumberdaya yang
ketersediaannya tidak terbatas; Peran pemerintah yang dominan dalam penyediaan
pelayanan air dengan beban biaya yang relatif rendah terhadap pengguna;
Pendekatan konstruksi untuk menjawab kelangkaan supply dan kecenderungan
penilaian efisiensi dari sudut pandang teknis.
4. Organisasi pengelolaan belum berkembang utk menjawab tantangan yg ada dan
jika organisasi sdh ada otonomi organisasi ini masih rendah shg sebagian besar
keputusan masih dibuat secara tersentralisasi. Isu penting dalam hal ini adalah :
keterlibatan semua pihak yg berkepentingan dalam pengambilan keputusan yg
berkaitan dgn berbagai aspek pengelolaan SD Air.
6.
Konservasi daerah tangkapan air dan sisi keadilan dalam hubungan
hulu-hilir
Konservasi adalah salah satu aspek penting dalam
pengelolaan SDA berkelanjutan yang mensyaratkan prinsip pengelolaan terpadu. Aspek keadilan distribusi manfaat dan biaya diantara
masyarakat yang tinggal di hulu (melakukan konservasi) dan masyarakat di hilir
(menikmati hasil konservasi) » belum banyak mendapat perhatian.
Sawah adalah budidaya tanaman yang paling banyak menggunakan
air. Air diperlukan banyak untuk melumpurkan tanah, untuk menggenangi petak
pertanaman, dan untuk dapat dialirkan dari petak satu ke petak yang lain. Ini
berarti sawah membrikan beban paling berat kepada sumberdaya air. Oleh karena
tanah sawah bersuasana reduktif (anaerob).
Oleh karena itu pengelolaan tanah dan air perlu diperhatikan
dengan melakukan pengolahan tanah serta penggunaan teknologi sistem pengairan
yang sesuai dengan kebutuhan, dalam artian penggunaan air dengan bijak. Pada
praktikum ini dimaksudkan untuk mengetahui teknologi pengelolaan tanah dan air
di tingkat petani serta dengan melakukan perbandingan antara system pengelolaan
tingkat petani, pengelolaan tanah sawah untuk padi gogo, padi hibrida, serta
pengelolaan tanah sawah system SRI. Maka dapat diketahui teknologi-teknologi
pengelolaan pada masing-masing system tanam serta jenis tanaman padi yang
diusahakan. Tujlisan ini ditujukan untuk memaparkan serba-serbi tentang sistem
pengelolaan air dan tanah sawah di tingkat petani, sistem pengelolaan untuk
padi gogo, padi hibrida, serta SRI.
Serba-serbi tentang Pengelolaan Swah
Sawah merupakan suatu sistem budaya
tanaman yang khas, yakni untuk pertanaman padi. Penyiapan tanah sawah meyebabkan
sifat-sifat fisik, kimia, biologi dan morfologi tanah berupa nyata. Sawah
adalah budidaya tanaman yang paling banyak menggunakan air. Air diperlukan
banyak untuk melumpurkan tanah, untuk menggenangi petak pertanaman, dan untuk
dapat dialirkan dari petak satu ke petak yang lain. Ini berarti sawah membrikan
beban paling berat kepada sumberdaya air, oleh karena tanah sawah bersuasana
reduktif (Notohadiprawiryo, 1992).
Sifat fisik tanah sangat menentukan
kesesuaian suatu lahan dijadikan lahan sawah. Identifikasi dan karakterisasi
sifat fisik tanah mineral memberikan informasi untuk penilaian kesesuaian lahan
(Sys, 1985) terutama dalam hubungannya dengan efisiensi penggunaan air. Jika
lahan akan disawahkan, sifat fisik tanah yang sangat penting untuk dinilai
adalah tekstur, struktur, drainase, permeabilitas (Keersebilck and Soeprapto,
1985) dan tinggi muka air tanah (Sys, 1985). Sifat-sifat tersebut berhubungan
erat dengan pelumpuran (puddling) dan efisiensi penggunaan air irigasi.
Pengaruh pelumpuran terhadap sifat fisik tanah menjadi sangat spesifik pada
lahan sawah dan sekaligus memberikan indikasi perbedaan perubahan sifat fisik
tanah antara tanah yang disawahkan dengan tanah yang tidak disawahkan.
Penyiapan lahan merupakan tempat
yang baik untuk tanaman, sehingga pengolahan tanah sangat menentukan
keberlanjutan pertumbuhan tanaman padi hibrida. Pengolahan tanah sebaiknya
dilakukan dua kali agar diperoleh pelumpuran tanah yang baik. Adapun tahapan
pengolahan tanah antara lain :
1. Pengolahan tanah dengan bajak singkal (kedalaman 10 cm –
20 cm),
sebelumnya tanah
digenangi air selama 1 minggu untuk melunakkan tanah.
2. Setelah tanah diolah, tanah dibiarkan selama 1 minggu dan
digenangi air.
3. Tanah diolah kembali dengan bajak
rotary sampai melumpur dilanjutkan
dengan perataan tanah sampai siap tanam (BPTP. 2008).
SRI adalah teknik budidaya padi yang
mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman,
tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan
produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari
100%. SRI bukan merupakan varietas padi baru ataupun padi hibrida, namun
merupakan suatu metoda atau cara penanaman padi dan perawatannya, merupakan
kependekan dari System of Rice Intensification atau le Systéme
de Riziculture Intensive. Pola tanam padi SRI telah menunjukkan hasil yang
menjanjikan pada semua varietas padi baik varietas lokal maupun varietas unggul baru di berbagai Negara (Norman,
2004).
Pengusahaan tanaman padi di tanah kering adalah dengan cara gogo. Padi gogo
adalah padi yang diusahakan di tanah tegalan kering dan dapat diusahakan secara
tumpangsari dengan palawija dan tanaman lain misalnya jati (Tictona grandis LF)
pada stadia muda (Husin, 2002). Syarat tumbuh untuk pertanaman padi gogo adalah
curah sebanyak 600 - 1.200 mm selama fase pertumbuhannya, uhu optimum untuk
pertumbuhan antara 15 - 30o C, jenis tanah yang baik adalah Latosol, Grumusol,
dan Aluvial.
Keunggulan
Padi Hibrida antara lain : 1) hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi
unggul inhibrida; 2) vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma;
3) keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih
luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah
dan translokasi asimilat yang lebih tinggi; 4) keunggulan pada beberapa
karakteristik morfologi seperti sistem perakaran yang lebih kuat, anakan lebih
banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi
yang lebih tinggi.
Kelemahan Padi Hibrida antara lain :
1) harga benih yang mahal; 2) petani harus membeli benih yang baru setiap
tanam, karena benih hasil sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman
berikutnya ; 3) tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua
padi hibrida. Untuk tetua jantannya hanya terbatas pada galur atau varietas
yang mempunyai gen Rf atau yang termasuk restorer saja; 4) produksi
benih rumit; 5) memerlukan areal pertanaman dengan syarat tumbuh tertentu
(BPTP, 2008).
4.2.1
Sistem Budidaya Tingkat Petani
. Kebanyakan dari petani juga mendapatkan penyuluhan dari para penyuluh pertanian, sehingga pengetahuan tentang perlunya rotasi tanaman dalam menyeimbangkan ketersediaan hara di dalam tanah telah diketahui. Dari segi pengolahan tanahnya, sebelum dilakukan pembajakan dan disusul dengan pelumpuran dengan bajak rotary. Namun untuk prosedur yang benar setelah di bajak didiamkan 1 minggu sehingga member ruang tanah bernafas hingga terjadi reksi reduksi.
Menurut De Gee, J. C. (1950) Pengolahan tanah dilakukan 2 kali, Pengolahan pertama dilakukan dengan mengggunakan luku atau rotari jika tanah yang diolah merupakan lahan yang sudah pernah dilakukan pengolahan pada musim tanam sebelumnya. Setelah diolah, dibiarkan selama + 1 minggu. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan kedua sampai terjadi pelumpuran sempurna.
Cara pengolahan tanahn di tingkat petani sudah benar dengan
melakukan pengolahan 2 kali, namun saat sebelum pelumpuran tanah tidak
dibiarkan terlebih dahulu selama kira-kira 1 minggu, melainkan sehari selang
pembajakan langsung dilumpurkan. Selanjutya menyiapkan lahan untuk pembibitan,
disana lahan pembibitan memiliki panjang 15 m dan lebar 2 m, yang masing-masing
terdapat beberapa laha pembibitan.
Teknis Penanaman
Setelah
masa pengolahan tanah selesai, maka mulai dilakuakn penanaman benih pada arel
pembibitan, baru sekitar 2 minggu bibit siap dipindahkan ke lahan. Jarak tanam
yang ditetapkan oleh pak Suraji adalah 20x20, dimana dalam setiap lubang tanam
terdapat 2-3 bibit padi. Di daerah Muktisari sendiri tergolong daerah yang kaya
akan air, sehingga para petani disana tidak terlalu bingung dengan pasokan air
sebab air akan selalu tersedia untuk lahannya. Pengairan sendiri dialkukang
bergiliran antara lahan petani yang satu dengan yang lain. Biasanya
pengairan(penggenangan lahan) dilakukan 3 hari sekali, sebab dalam 3 hari
biasanya lahan telah kering kembali.
Penyiangan
Untuk
penyiangan dilakukan setelah ada tanda-tanda kemunculan gulma biasanya setelah
2 minggu setelah tanam, masuk fase generative, dan 2 minggu sbelum panen,
dimana tanaman padi telah memasuki fase vegetative secara utuh. Pada saat itu
nutrisi yang diperoleh tanaman padi akan terhambat akibat persaingan dengan
gulma. Sedangakn pada fase generative bulir padi yang dihasilkan dapat kurang
maksimal, maka perlu adanya penyiangan. Begitu pula saat sebelum panen dilakukan.
Pemupukan
Pemupukan
dilakuakn sebelum tanam dilakukan, pupuk TSP diberikan pada
sebesar 2 Kw/Ha. Selanjutnya sebelum tanam diberi pupuk berimbang, yakni Ponska
dan UREA masing-masing 2 Kw/Ha. Pemberian pupuk berimbang ini dimaksudkan agar
tanaman padi tumbuh optimal, dimana pada
fase vegetative ini tanaman padi sangat membutuhkan suplai nutrisi yang cukup
agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Selnjutjutnya pada umur 25 hari
menggunakan ZA dan Ponska, masing-masing 1 Kw/Ha.
Biaya Pengeluaran
Menurut salah seorang petani total biaya pengeluaran budidaya padi di lahan ½ Ha sawahnya
adalahberkisar antara Rp 2,5 hingga 3 jt. Hal tersebut meliputi pengolahan tanah,
penanaman, pemupukan, hingga sampai masa panen, dan biaya unuk tenaga kerja.
Sedangakn hasilnya berkisar Rp 6-7 jt.
Padi Hibrida
Sebenarnya pengolahan tanah sawah
untuk padi hibrida sama dengan jenis varietas lainnya, namun terdapat beberapa
hal yang berbeda. Penjelasan proses budidayanya adalah sebagai berikut :
Tahapan Pengelolaan Pembibitan
a.
Persiapan persemaian
Tahapan-tahapan ini meliputi
peyediaan benih, persiapan persemaian, pemeliharaan penyemaian, pindah tanam
serta pemeliharaan bibit. Untuk 1 Ha lahan dibutuhkan benih padi hibrida bernas
sebanyak 15 Kg. untuk penglahan tanahnnya diolah dengan menggunakan bajak
rotary setelah pembajakan pertama dengan bajak singkal. Selanjutnya setelah
pelumpuran diberi pupuk dasar dengan menggunakan pupuk NPK, UREA, dan KCl. Pada
hakikatnya sama dengan pula pemupukan yang dilakukan oleh pak Suraji diatas,
namun pak Suraji hanya menggunakan pupuk TSP saja untuk pupuk dasar. Setelah
dilakukan pemupukan dasar maka selanjutnya dilakukan pemerataan kembali lahan
sawahnya, dan dibuat bedengan untuk benih dengan lebar 1,5 m, tinggi 10 cm, dan
jarak antar bedeng 30 cm. untuk mengurangi dan mencegah gulma maka areal
pembibitan diberi herbisida pra-tumbuh 3-4 sebelum semai.
b.
Pemeliharaan dan Penyemaian
Proses selanjutnya adalah penyemaian
dan pemeliharaan, dalam proses ini benih dibagi sesuai dengan bedengan yang
telah dibuat. Hal ini sangat berbeda dengan proses pembibitan pada pengelolaan
tingkat petani yang dilakukan leh pas Suraji. Pada padi hibrida menggunakan
bedengan dengan ukuran tertentu seperti diatas, sedangkan di tingkat petani
hanya melakukan penebaran benih di lahan pembibitan tanpa bedengan. Untuk
penebaran benih dengan cara dibenamkan pada padi hibrida, pembenaman benih
tidak dianjurkan terlalu dalam, dikhwatirkan benih sulit untuk berkecambah.
Pada padi hibrida pupuk persemaiaan diberikan 10 HST dengan UREA 5 Kg/100m2.
Sedangkan pada tingkat petani yang dilakukan pak Suraji hanya dengan cara
ditabur langsung benih yang telah disiapkan sebelumnya karena tidak menggunakan
bedengan.
c.
Pindah Tanam
Sebelum pindah tanam pada lahan tanam,
lahan tanamn diolah dengan bajak dan rotary hingga terjai plumpuran yang
sempurna. Persiapan lahan dilakukan 1 minggu sebelum pindah tanam. Selanjutnya
membuat parit untuk kluar msuknya air irigasi. Hal ini juga sama dengan yang
dilakukan oleh petani pada umumnya. Lahan selanjutnya dipupuk denga menggunakan
pupuk dasar UREA 100 Kg, SP-36 50 Kg, dan KCl 100 Kg/Ha yang diberikan 3 hari
sebelum tanam. Kita dapat lihat terdapat perbedaan pemberian pupuk dasar. Pada
tingkat petani tidak menggunakan pupuk dasar SP-36. Pupuk SP-36 digunakan pada
pemupukan lanjutan. Selanjutnya lahan lahan tanam digaris, tujuannya agar bibit
yang akan ditanam sesuai dengan jarak tanam dan garis yang telah ditentuka.
Jarak tanam juga bervariasi bias 20x25 cm ; juga bias 25x25 cm. untuk padi
hibrida dalam satu lubang tanam cukup 1-2 bibit karena padi hibrida memiliki
anakan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan padi biasa.
d.
Pemeliharaan Tanaman dan Pengairan
Pengairan berselang (intermitten) difokuskan pada
musim kemarau, sedangkan pada musim hujan hanya dilakukan di daerah yang
pengairannya dapat diatur. Cara pengairan berselang adalah: sewaktu tanam
bibit, lahan dalam kondisi
macak-macak.
Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10
HST; Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak
selama 2 hari kemudian diairi kembali setinggi 5-10
cm;
Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus digenangi
air
setinggi 5 cm, selanjutnya lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan
pemasakan gabah dan memudahkan panen.
Padi Gogo
Seperti kita ketahui padi gogo ditanam dilahan kering.
Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan
kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem
budidaya padi gogorancah seolah-olah kita anggap tanaman padi seperti tanaman
palawija. Sehingga kebutuhan air
dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya dilakukan
pada tanah-tanah yang kering atau
tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo rancah dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja
tanam, penghematan tenaga kerja
pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah produksi yang
dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.Upaya peningkatan luas
panen, produktivitas dan produksi
salah satunya dilakukan melalui penerapan
teknologi dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu (PTT) (BPTP, 2009).
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah sagatlah berbeda jika dibandingkan dengan
pengolahan padi jenis yang lain, sebab padi gogo ditumbuhkan pada lahan kering.
Pengolahan tanah dilakukan 2 kali, pengolahan tanah pertama dilakukan pada
musim kemarau atau setelah turun hujan pertama, dan pengolahan kedua saat
menjelang tanam, Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul,
atau traktor atau ternak secara disingkal, Kemudian lahan dibiarkan atau
dikelantang, Apabila sudah turun hujan terus menerus atau kontinyu yang
memungkinkan untuk tanam, lahan diolah lagi untuk menghaluskan bongkahan sambil
meratakan tanah sampai siap tanam, Apabila kondisi lahan berlereng sampai
bergelombang, setelah pengolahan tanah pertama lakukan pembuatan teras gulud
atau perbaikan teras yang rusak (konservasi lahan. Sedangkan jika pengolahan tanah pada jenis
padi biasa tidak perlu menggunakan guludan, sebab tanah dilumpurkan.
Pada guludan atau bibir teras usahakan menanam tanaman
penguat teras berupa rumput unggul dan dapat dikombinasikan dengan tanaman
legume pohon, sehingga secara periodik dapat dipangkas untuk pakan ternak. Pada
lahan yang terbuka dan relatif datar perlu dibuat bedengan memanjang, dengan
lebar bedengan sekitar 5 meter. Antara bedengan di buat saluran sedalam 20 cm
yang berfungsi sebagai saluran drainase, Pembuatan drainase sangat diperlukan,
karena bila terjadi hujan terus menerus pada beberapa akan terjadi genangan
yang menyebabkan kelembaban tanah yang tinggi yang dapat merangsang munculnya
jamur upas yang dapat menyerang padi gogo.
Penanaman
Di lahan kering, kegiatan tanam baru dapat dilakukan bila
curah hujan sudah cukup stabil atau curah hujan mencapai 60 mm /dekade (10
hari), biasanya dicapai pada akhir bulan Oktober sampai akhir Nopember, Penanaman
benih padi gogo menggunakan alat bantu tugal, Benih ditanam dengan kedalaman
sekitar 5 cm (cukup dalam untuk menghindari dari gangguan semut, dll), kemudian
ditutup dengan tanah, Dianjurkan untuk menanam lebih dari 3 (tiga) varietas
padi gogo dan setiap varietas ditanam pada bedengan yang berbeda (Sistem
mozaik). Penanaman dengan sistem mozaikakan mengurangi
terjadinya ledakan penyakit blas. Penanaman sebaiknya menggunakan sistem tanam jajar
legowo (2:1 atau 4:1) dengan jarak tanam 30 x 20 x 10 cm, Untuk membuat
larikan sistem legowo dapat dibantu dengan alat semacam caplak untuk padi sawah
yang mempunyai 4 titik/mata berjarak 20 cm dan 30 cm, ditambah 2 titik paku
berjarak 6-7 cm, dengan ketinggian tersebut pada saat operasional, alat akan
membentuk 4 larikan dengan kedalaman 4-5 cm dan 2 garis paling pinggir sebagai
panduan untuk operasional alat selanjutnya, Bila keadaan lahan tidak datar atau
berlereng, sebaiknya pengaturan barisan tanaman harus memotong lerang, agar
bila terjadi hujan yang relative tinggi dapat mengurangi terjadinya aliran
permukaan yang menyebabkan erosi, Setelah terbentuk larikan dengan jarak tanam
legowo, benih ditanam sebanyak 4-5 butir/lubang, kemudian ditutup dengan tanah
Pemupukan
Pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah. Waktu pemupukan menunggu sampai kondisi lahan
dalam keadaan lembab. Bila dilakukan dalam kondisi kering, maka kadar air tanah
dan yang ada di jaringan tanaman juga akan terserap oleh pupuk yang diberikan.
Bila hal itu terjadi dan berlangsung lama akan terjasi plasmolisis dan
tanaman akan layu bahkan dapat mematikan tanaman. Kebutuhan N tanaman dapat
diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi dengan
menggunakan bagan warna daun (BWD). Secara umum pupuk yang diperlukan untuk
padi gogo
adalah : 90 kg N/ha (200 kg Urea/ha), 36 kg P2O5/ha (100 kg SP36/ha), 60 kg
K2)/ha (100 kg KCl/ha), Waktu pemupukan adalah; 10-15 hst dengan jenis dan
takaran pupuk yang diberikan adalah 50 kg Urea, 100 kg SP 36, dan 100 kg
KCl/ha, Pupuk urea susulan diberikan sesuai BWD.
Pemeliharaan
Untuk mengurangi kerugian akibat dari gangguan hama dan
penyakit, perlu dilakukan strategi pengendalian yang terencana, dengan
menerapkan konsep pengendalian hama secara terpadu (PHT), Monitoring secara
terjadwal harus dilakukan agar keberadaan hama dan penyakit bisa diketahu sejak
awal, Untuk mengurangi penyakit blas (penyakit utama pada padi gogo) gunakan
varietas tahan penyakit, Pengendalian gulma pada pertanaman padi gogo sebaiknya
dilakukan lebih awal, yaitu pada umur 10- 15 hari setelah tanaman tumbuh atau
menjelang pemupukan pertama. Penyiangan kedua dilakaukan pada umur 30-45 hari
atau menjelang pemupukan susulan pertama, Penyiangan dapat dilakukan dengan
menggunakan kored. Sebaiknya ada atau tidak ada gulma tanah tetap dikored, agar
sedikit dapat memotong akar.
Pengelolaan SRI
SRI adalah teknik budidaya padi yang
mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman,
tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas
padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Metode
ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun
1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis
yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya,
metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de
Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System
of Rice Intensification disingkat SRI. Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di
Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha,
petani yang menggunakan
SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 –
15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/h.
Pengolahan Tanah
Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam
mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut. Mula-mula tanah
dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi. Selanjutnya tanah digaru sambil
disebari pupuk organik. Terakhir, tanah diratakan. Mengolah dengan traktor
Meratakan dengan cangkul Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar
air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak
hanyut. Setelah tanah diratakan, dibuat parit di bagian pinggir dan tengah tiap
petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.
Menyiapkan
Benih
Ini merupakan awal dari rangkaian kegiatan membuat
persemaian. Petama-tama kita siapkan benih yang akan dipakai. Kebutuhan benih
untuk tanaman padi model SRI adalah 5—7 kg per hektar lahan. Kemudian benih
tadi harus diseleksi sebelum disemai.
Membuat
Persemaian
Persemaian untuk SRI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
persemaian kering dan persemaian basah. Persemaian basah adalah persemaian yang
langsung dilakukan di lahan pertanian, seperti pada sistem konvensional.
Sementara persemaian kering yaitu persemaian yang menggunakan wadah berupa
kotak/besek/wonca/pipiti. Penggunaan wadah ini dimaksudkan untuk memudahkan
pengangkutan dan penyeleksian benih. Untuk lahan seluas satu hektar dibutuhkan
wadah persemaian ukuran 20 cm x 20 cm, sebanyak 400—500 buah.
Kotak/besek/wonca/pipiti bisa juga diganti dengan wadah lain seperti pelepah
pisang atau belahan buluh bambu. Benih ditabur Benih dalam Umur benih 7 hari
Benih muda siap di atas besek persemaian tebar
Tahapan
membuat persemaian adalah sebagai berikut.
1.
Siapkan media persemaian dengan cara mencampur tanah dengan pupuk
organik/pupuk
kandang/ bokhasi dengan perbandingan 1:1.
2.
Sebelum wadah diisi dengan media, lapisi dulu bagian dalamnya dengan daun
pisang
yang sudah dilemaskan dengan cara dijemur atau dipanaskan di atas api.
3.
Masukkan media ke dalam wadah hingga 3/4 penuh. Selanjutnya media ini
disiram
dengan air supaya lembab.
4.
Tebarkan benih ke dalam wadah. Jumlah benih per wadah antara 300—350 biji.
5.
Taburkan arang sekam di atas benih sampai rata melapisi/menutupi benih.
6.
Selanjutnya simpan wadah-wadah ini di tempat yang teduh. Pada hari pertama
dan
hari kedua, sebaiknya wadah-wadah ini ditutupi agar tidak kepanasan.
7.
Jika disimpan di pekarangan, jangan lupa untuk meletakkan wadah-wadah ini di
tempat
yang aman dari gangguan ternak seperti ayam.
8.
Penyiraman bisa dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan bibit
tanaman
tetap segar.
Penanaman
Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 7—10
hari setelah semai. Inilah yang membedakan dengan bibit lain, dimana hanya
memerlukan 7-10 hr bibit sudah dapat dipindah. Kondisi air pada saat tanam adalah
“macak-macak” (Jawa-Red.). Arti dari “macakmacak” adalah kondisi tanah
yang basah tetapi bukan tergenang. Pada metode SRI digunakan sistem tanam
tunggal. Artinya, satu lubang tanam diisi satu bibit padi. Selain itu, bibit
ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2—3 cm dengan bentuk perakaran horizontal
(seperti huruf L). Mengapa hanya menggunakan satu benih untuk satu lubang?
Dasar pemikirannya adalah, jika beberapa benih ditanam bersamaan dalam satu
lubang maka akan muncul persaingan antar tanaman dalam memperebutkan nutrisi,
oksigen, dan sinar matahari.
Karena itu, dengan sistem penanaman tunggal diharapkan bahwa
tiap tanaman bias menyerap nutrisi, oksigen, dan sinar matahari secara lebih
optimal. Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah jarak tanam lebar,
misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Semakin lebar jarak tanam, semakin
meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tanaman padi. Penyebabnya, sinar matahari bias mengenai
seluruh bagian tanaman dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan
pertumbuhan tanaman terjadi dengan lebih optimal. Jarak tanam yang lebar ini
juga memungkinkan tanaman untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari
secara maksimal.
Pengelolaan
Air dan Penyiangan
Dalam metode SRI, padi ditanam pada kondisi tanah yang tidak
tergenang. Tujuannya, agar oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh akar tersedia
lebih banyak di dalam tanah. Selain itu, dalam kondisi tidak tergenang, akar
bias tumbuh lebih subur dan besar sehingga tanaman dapat menyerap nutrisi
sebanyakbanyaknya. Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI
dilakukan sebagai berikut.
1.
Ketika padi mencapai umur 1—8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air di
lahanadalah “macak-macak”.
2.
Sesudah padi mencapai umur 9—10 HST air kembali digenangkan dengan
ketinggian
2—3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan
penyiangan
tahap pertama.
3.
Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur
18 HST.
4.
Pada umur 19—20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan
penyiangan
tahap kedua.
5.
Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1—2 cm dan
kondisi
ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (± 15—20 hari sebelum
panen).
6.
Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai saat panen tiba.
Berdasarkan hasil data dan
literature yang telah didapatkan pada saat praktikum, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Terdapat perbedaan system
pengelolaan yang cukup signifikan antara buidaya di tingkat petani, pada padi
gogo, padi hibrida, serta SRI.
2. Perbedaan paling nyata adalah pada
pengelolan padi gogo, dimana pengelolaan dilakukan pada lahan kering.
3. Menggunakan padi hibrida lebih
banyak anakan ndari pada jika menggunakan benih lainnya.
4. Pada pengelolaan SRI benih dapat
dipindahkan ke lahan antara 7-10 HST, berbeda nyata dengan yang lain. Bibit
dapat dipindah setelah 12-14 HST.
5. Secara umun pengelolaan tanah dan
air di tingkat petani telah berdasarkan prosedur, hanya saja perlu beberapa
pembenahan melalui penyuluhan.
6. Pengelolaan tanah dan air di tingkat
perusahaan dan institusi lebih terorganisir, sebab telah melalui beberapa
penelitian.
7. Pengelolaan tanah dan air di tingkat
perusahaan dan institusi lebih ekonomis, minim dalam memngunakan sumber daya,
serta berimplementasi dan berorientasi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
BPTP. 2009. Pengelolaan
Sumber Daya Terpadu (PTT) Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Jawa Barat.
BPTP. 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Padi Hibrida. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo. Gorontalo.
De Gee, J. C. 1950. Preliminary
oxidation potential determination in a "sawah" profile near Bogor
(Java). Contr. Gen. Agr. Res. Sta. Bogor. No. 106.
Hardjowigeno, S. 1993. Tanah
Sawah. Progaram Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 155 hml. Bogor.
Husin M Toha. 2002. Produksi
Padi Gogo Sebagai Tanaman Tumpangsari Hutan Jati Muda.
http://ntb.litbang.deptan.go.id
Keerrsbilck, N.C. and S. Soepraapto. 1985. Physical Measurement In Lowland Soil Techniques
and Standarization. P. 99-111. In IRRI (1985). Soil physics and Rice.
International Rice Research Institute. Los banos, Laguna, Philippines.
Notohadiprawiryo, 1992. Ceramah
Ilmiah Sehari bertema Pencetakan Lahan Sawah Sebagai Salah Satu Alternatif
Kebijaksanaan Dalam Pengembangna Tata Guna Lahan. Himpunan Mahasiswa Ilmu
Tanah, Senat Mahasiswa Fakultas Pertanian UPN. Yogyakarta.
Sharma,
P.K. and S.K. De Data. 1985. Effects of
Puddling on Soil Physical
Properties
and Processes. p. 217-234. In IRRI
(1985). Soil Physics and
Rice. International Rice Research Institute. Los Banos,
Laguna, Philippines.
Sys, C. 1985. Evaluation
Of the Physical Environtment for Rice Cultivation. P. 31-44. In IRRI
(1985). Soil physics and Rice. International Rice Research Institute. Los
banos, Laguna, Philippines.
Uphoff, Norman, “SRI - The System Of Rice
Intensification: An Opportunity For Raising Productivity In The 21st Century”,
Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development, Paper
for the International Year of Rice Conference, FAO, Rome, February 12-13, 2004.
Kuliah ke-3 Pengelolaan terpadu Sumberdaya air
Ada 3 fenomena penting yg perlu dicermati dalam kaitan dengan pengelolaan
sumberdaya air (SDA) di Indonesia : 1.Permintaan terhadap air dari
berbagai sektor kehidupan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dari tempat
ke tempat,2.Penurunan kondisi SDA,3.Krisis pengelolaan.
Apa konsekuensi dari permintaan terhadap air yang cenderung meningkat itu? Akibat : perkembangan pemukiman di kota, industri,
pertambangan dan energi listrik; Peningkatan permintaan ini telah menimbulkan kelangkaan
sehingga timbul kompetisi dan konflik dlm pengalokasian baik di sektor
pertanian maupun non-pertanian.
Peningkatan permintaan dan terjadinya kelangkaan air
diikuti pula oleh penurunan kondisi SDA dalam bentuk Kerusakan
Daerah Tangkapan dan Pencemaran Air,
sehingga terjadi kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.
Benarkah ada krisi pengelolaan?
Krisis pengelolaan yg ditandai oleh ketidak-mampuan kerangka kebijakan,
kerangka hukum, kerangka kelembagaan dan kapasitas SDM dalam menyikapi fenomena
pertama dan kedua diatas.
Ketiga fenomena tersebut
mengindikasikan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan SDA
sehingga diperlukan adanya keterpaduan dalam pengelolaan dan pembaharuan
kebijakan.§Dalam
kaitan ini pemerintah RI sudah melakukan upaya pembaharuan kebijakan SDA.
Pengelolaan SDA secara terpadu (IWRM)
adalah suatu proses yang mengedepankan pembangunan pengelolaan sumberdaya
terkait lainnya secara terkoordinasi dalam rangka memaksimalkan resultan
ekonomi dan kesejahteraan sosial secara adil tanpa mengorbankan keberlanjutan
ekosistem yang vital.
Pengertian dan prinsip pengelolaan terpadu
Pengertian dan prinsip pengelolaan terpadu
Prinsip-prinsip pengelolaan air secara terpadu
dikembangkan sebagai respon terhadap pola pengelolaan SD Air yang diterapkan
selama ini yngg cenderung terpisah-pisah (fragmented)
Hal ini telah menimbulkan persoalan seperti banjir,
interusi air laut, pencemaran dsb.
Keterpaduan ini mencakup : Keterpaduan
pada sistem alam (natural system) dan Keterpaduan
pada sistem manusia (human system).
Keterpaduan pengelolaan pada sistem alam
1.Keterpaduan antara hulu-hilir
2.Keterpaduan kuantitas dan kualitas
3.Keterpaduan air permukaan dan bawah tanah
4.Keterpaduan penggunaan lahan dan penggunaan air
5.Keterpaduan green water dan blue water
6.Keterpaduan pengelolaan air tawar dan daerah pantai
Keterpaduan pengelolaan dalam sistem manusia:
1.Keterpaduan antar sektor dalam
pembuatan kebijakan nasional (cross-sectoral integration in national policy
development)
2.Keterpaduan semua stakeholders dlm
perencanaan dan pengambilan keputusan
3.Keterpaduan diantara pengelolaan
air dan air limbah
Dalam Pengelolaan terpadu sd Air ada tiga kriteria utama:
Dalam Pengelolaan terpadu sd Air ada tiga kriteria utama:
1. Efisiensi ekonomi
2. Keadilan
3. Keberlanjutan
Elemen penting dalam kerangka dan pendekatan IWRM
Elemen penting dalam kerangka dan pendekatan IWRM
a. Lingkungan yang
memungkinkan (enabling environment) dalam bentuk kebijakan
nasional, peraturan/UU, dan informasi tentang stakeholders
pengelolaan SD Air.
b. Peran kelembagaan (institusional roles) pemerintah dan stakeholders pada berbagai tingkatan
c. Instrumen-instrumen pengelolaan (management instrument) utk pengaturan yg efektif
Kecenderungan dan isu pengelolaan terpadu SDA di Indonesia.
1. Tanggung jawab
pengelolaan dan perlindungan SDA terbagi (fragmented) diantara berbagai
instansi pemerintah : Kemen Kimpraswil, Pertanian, Kehutanan, ESDM yang
masing-masing memiliki prioritas dalam pengelolaan SD Air. Perlu adanya
koordinasi yang baik antar instansi tersebut.
2. Sebagian besar air (± 85%) digunakan untuk irigasi
dengan efisiensi pengaliran rendah (± 40%). Secara ekonomi nilai air untuk
penggunaan ini rendah. Ketika permintaan dari sektor lain meningkat
(untuk minum, industri dsb) maka cenderung terjadi relokasi air dari kegiatan
pertanian ke non-pertanian. Timbul isu persoalan jaminan air bagi petani
yg merupakan kelompok yg lemah dalam masyarakat.
3.
Pengelolaan SD Air di Indonesia mempunyai bias sisi penyediaan (supply)
yg ditandai oleh: Perlakuan terhadap air sebagai sumberdaya yang
ketersediaannya tidak terbatas; Peran pemerintah yang dominan dalam penyediaan
pelayanan air dengan beban biaya yang relatif rendah terhadap pengguna;
Pendekatan konstruksi untuk menjawab kelangkaan supply dan kecenderungan
penilaian efisiensi dari sudut pandang teknis.
4. Organisasi pengelolaan belum berkembang utk menjawab tantangan yg ada dan
jika organisasi sdh ada otonomi organisasi ini masih rendah shg sebagian besar
keputusan masih dibuat secara tersentralisasi. Isu penting dalam hal ini adalah :
keterlibatan semua pihak yg berkepentingan dalam pengambilan keputusan yg
berkaitan dgn berbagai aspek pengelolaan SD Air.
6.
Konservasi daerah tangkapan air dan sisi keadilan dalam hubungan
hulu-hilir
BELAJAR MENGELOLA AIR DARI SINGAPURA
index.jpeg
Namun demikian, ketersediaan sumber
air baku menjadi salah satu kendala utama dalam pengembangan layanan air minum
bagi masyarakat. Keberadaan air baku dalam jumlah yang cukup, kualitas yang
baik, serta kontinu menjadi suatu keniscayaan. Hal ini juga dipengaruhi oleh
rendahnya kualitas pengelolaan sanitasi yang menimbulkan pencemaran pada badan
air permukaan, baik berskala besar ataupun sumber air minum yang berada di
rumah tangga (sumur gali). Untuk itu, pengembangan sumber air alternatif
menjadi salah satu upaya yang perlu diupayakan guna memastikan ketersediaan
sumber air baku bagi air minum.
Prioritas penyediaan sumber air baku
tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014
sebagai bagian dari penyediaan air minum bagi masyarakat. Dalam dokumen
tersebut disebutkan bahwa perlu dilakukan pengembangan teknologi untuk
penyediaan sumber air alternatif, seperti reklamasi air.
Dalam rangka melaksanakan mandat
tersebut, maka Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Singapura
dan ADB untuk meningkatkan kapasitas pemerintah dalam pengembangan dan
implementasi pengelolaan air reklamasi. Dengan pengalaman yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Singapura dalam pengembangan dan pemanfaatan air reklamasi
sebagai alternatif sumber air diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kapasitas pemerintah sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Siapa sangka bahwa Singapura yang
saat ini terkenal sebagai negara kecil yang menjadi salah satu pusat bisnis di
kawasan Asia pada 40 tahun yang lalu memiliki kondisi yang sangat berbeda.
Ketersediaan sumber air baku yang sangat terbatas, banjir yang seringkali
terjadi, penanganan sanitasi yang kurang memadai sehingga mempengaruhi tingkat
kesehatan masyarakat. Menyadari kondisi tersebut, maka mulailah dilakukan
transformasi. Ada 2 fase yang dilakukan:
- Tahap 1: Penanganan Kondisi Dasar, selama kurun waktu tahun 1965-2000. Tema yang diangkat adalah Tackling the Basics;
- Tahap 2: Pengembangan pengelolaan air, selama kurun waktu tahun 2001-2006. Tema yang diangkat adalah Water for All: Conserve, Value, Enjoy.
- Tahap 3: Beyond 2006: Mengintegrasikan isu lingkungan dengan sektor lainnya. Tema yang diangkat adalah The Future – Integrating with the Environment and the World.
Dari tema yang diangkat itulah
kemudian diterjemahkan kedalam berbagai program dan kegiatan:
- Water for All; menggambarkan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Singapura untuk memastikan ketersediaan sumber air minum. Ada 4 sumber air minum (4 National Tap), yaitu: melalui pengambilan dari sumber air setempat (local catchment), pembelian air dari negara tetangga (imported water), NEWater (pemanfaatan kembali air reklamasi) dan pengolahan air laut (desalinated water).
- 3 Approaches: conserve water, value our water, enjoy our water. Sub tema ini menggambarkan berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya konservasi air, menghargai nilai air sehingga rasa kepemilikan dan kepedulian masyarakat terhadap upaya konservasi dapat meningkat. Selain itu, dengan meningkatkan keterkaitan antara ketersediaan air dengan berbagai kegiatan rekreasi, membuktikan bahwa berbagai kegiatan konservasi dapat dilakukan secara sinergi dengan sektor pariwisata sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Berbagai upaya tersebut berada
dibawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air, yang
terbagi lagi menjadi:
- National Environmental Agency; untuk memastikan keberlanjutan kualitas lingkungan hidup di Singapura (tanah, air dan kesehatan lingkungan).
- Public Utility Board (PUB); untuk memastikan ketersediaan air secara efisien, jumlah yang cukup dan kontinu. Dalam menjalankan mandatnya, PUB bertanggung jawab untuk mengelola siklus air yang penuh, mulai dari penyediaan, pengumpulan, pengolahan dan penyaluran air minum.
Saat ini, program yang dilakukan
adalah ABC Water Program, yang terdiri dari:
- Active, melalui
- Menyediakan lahan baru untuk masyarakat
- Mendekatkan masyarakat pada air dan isu terkait dengan ketersediaan air
- Membangun rasa kepemilikan terhadap air
- Beautiful, melalui
- Mengintegrasikan reservoir dan jalur aliran air dengan lansekap perkotaan
- Melakukan upaya lebih dari penanganan banjir dan penyimpanan air
- Menciptakan gaya hidup dan atraksi yang menarik terkait dengan air
- Clean, melalui
- Meningkatkan kualitas air
- Melakukan edukasi publik
- Membangun hubungan antara masyarakat dan air
Used Water Management
Agar mendapatkan perseps yang lebih
positif dari masyarakat, Pemerintah Singapura menggunakan terminologi Used
Water Management (Pengelolaan Air Buangan) dibandingkan dengan Waste
Water Treatment (Pengolahan Air Limbah). Pengelolaan air buangan tersebut
ditujukan untuk: (1) mencegah kontaminasi dan penyebaran penyakit, (2)
melindungi sumber air, dan (3) mendapatkan alternatif sumber air baku (air
reklamasi).
Gambar 2 – Deep Tunnel Sewerage
System
NEWater
Seperti yang telah disampaikan
sebelumnya, dalam memastikan ketersediaan air bagi negaranya, Singapura
memiliki 4 sumber air baku. Salah satunya adalah memanfaatkan kembali air
reklamasi. Pemanfaatan air reklamasi tersebut pada dasarnya adalah melengkapi
siklus air yang dikelola PUB sehingga Singapura telah mengembangakan
pengelolaan air dalam suatu siklus tertutup (close loop).
Gambar
3 – Siklus Pengelolaan Air Singapura
Air reklamasi yang digunakan berasal
dari air olahan dari instalasi pengolahan air buangan (limbah), baik domestik
ataupun industri. Seperti halnya berbagai negara maju lainnya, Singapura
memiliki sistem pengolahan sanitasi yang terpusat (sewerage system).
Hampir seluruh wilayah di Singapura (99%) telah dilayani oleh sistem perpipaan
air limbah. Pada awalnya air olahan ini dialirkan langsung ke badan air,
seperti sungai dan laut. Namun, untuk menjaga ketersediaan air di masa yang
akan datang, maka air olahan digunakan untuk 2 hal, yaitu:
- a. Direct Non-Potable Use; terutama untuk penggunaan air untuk pendingin bagi rumah sakit, bangunan komersial dan kantor; serta sebagai bagian dari proses industri. Sebelum menggunakan NEWater, industry (seperti Apple) menggunakan air perpipaan dari instalasi pengolahan air minum. Upaya ini merupakan bagian dari Strategi Pengalihan (Replace Strategy) sehingga lebih banyak air yang tersedia dari pengolahan air minum yang digunakan untuk keperluan domestik. Pemanfaatan NEWater akan terus meningkat, direncanakan akan mencapai 40% dari kebutuhan air Singapura pada tahun 2020.
- Indirect Potable Use; yaitu dengan menyimpan air reklamasi ini ke dalam reservoir untuk kemudian diolah kembali agar mengandung berbagai mineral yang diperlukan oleh tubuh. Saat ini hanya sekitar 5% saja yang dimanfaatkan sebagai air baku air minum. Walaupun demikian, kualitas air yang NEWater telah memenuhi standard baku mutu yang ditetapkan oleh USEPA dan WHO. Hasil tes pathogen menunjukkan tidak ditemukan adanya efek karsinogenik jangka panjang dan tidak adanya efek estrogen.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah SIngapura, yang didukung dengan
ketersediaan sumber daya dan dukungan politis yang sangat kuat, telah membawa
Singapura menjadi negara terbaik dalam pengelolaan air minum di dunia. Dalam
rangka meningkatkan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi di Indonesia,
berbagai pengalaman dapat diambil dan disesuaikan dengan kondisi Indonesia.
Berbagai catatan mengenai praktek terbaik yang telah Singapura lakukan hingga
saat ini dalam pengelolaan air dan sanitasi adalah sebagai berikut:
Melibatkan partisipasi dari berbagai
pihak dalam pengembangan teknologi untuk mengatasi permasalahan air dan
sanitasi. Pemerintah Singapura memberikan award, hadiah uang tunai sebesar
S$300,000 dan memberikan
- medali emas kepada pihak yang dapat memberikan penyelesaian terhadap permasalah global dengan menerapkan teknologi ‘groundbreaking’ sebagai upaya melaksanakan kebijakan dan program pemerintah. Selain itu, R&D dilakukan bekerja sama dengan perguruan tinggi, supplier, bahkan swasta.
- Komprehensif; tidak hanya pengelolaan suplai tetapi juga demand, baik domestik dan juga non-domestik (industri). Dimulai dari penetapan tariff yang mampu merefleksikan pentingnya nilai air, mengurangi kebocoran dari sistem, hingga mengurangi tingkat pemakaian air oleh konsumen. Saat ini tingkat kehilangan air di Singapura hanya mencapai 5% saja. Untuk pengurangan tingkat pemakaian air, Pemerintah Singapura menjalankan Program Konservasi Air (Water Conservation Programs), dengan tema Tantangan 10 Liter (10-Litre Challenge). Dengan menjalankan program ini, telah terjadi penurunan pemanfaatan dari 160 liter perorang perhari di Tahun 2005 menjadi 154 liter perorang perhari di Tahun 2010. Diharapkan angka ini terus menurun hingga 147 liter perorang perhari di Tahun 2020.
Gambar 4 – Program Pengelolaan Kebutuhan Air Domestik dan Non-Domestik
- Keterkaitan isu air dengan berbagai sektor lainnya
- Pengelolaan air buangan yang ditujukan bagi penyediaan sumber air alternatif merupakan hal yang sangat efektif untuk dilakukan. Ketika kualitas air olahan mencapai standard kualitas baku maka tingkat pemanfaatan air olahan dapat ditingkatkan. Dampaknya, air minum yang tersedia dapat melayani lebih banyak penduduk.
- Pengembangan industri air. Air menjadi sector prioritas di SIngapura. Tidak hanya disebabkan isu keterbatasan air, tetapi pemerintah juga mampu menghubungkan isu air dengan kehidupan sehari-hari bahkan perekonomian negara. Berbagai industri muncul dari sektor air ini, seperti yang terkait dengan pariwisata ataupun industri yang terkait dengan toknologi pengolahan air (dan sanitasi).
- Upaya edukasi publik dilakukan secara komprehensif dan visioner
- Dibangunnya berbagai diorama yang menjelaskan ‘perjalanan’ pengembangan air minum (dan sanitasi) di Singapura
- Promosi penggunaan air reklamasi untuk air minum, mulai dari legislative, pemerintah, artis dan tokoh masyarakat. Upaya ini untuk mempersiapkan bila di masa yang akan datang NEWater ini menjadi sumber utama air minum Singapura.
- Strategi komunikasi yang tepat
- Menggunakan branding program yang mudah untuk dikenal dan ditangkap masyarakat, seperti ABC Water Program
- Pemanfaatan kata-kata untuk branding dalam berbagai media komunikasi, misal: ‘used water’ vs ‘waste water’; ‘NEWater’ vs ‘reclaimed water’; dan ‘water reclamation’ vs ‘sewage treatment’.
Kesimpulannya dari pembelajaran
mengelola air buangan dari Singapura adalah :
- Untuk mencapai kondisi sanitasi dan penyediaan layanan air minum yang ideal memang tidak mudah, tetapi mungkin untuk dicapai. Berbagai syarat utama penentu keberhasilan Singapura adalah:
- Komitmen Pemerintah yang kuat serta didukung oleh politisi. Arah kebijakan yang jelas serta didukung dengan ketersediaan sumber daya menjamin keberhasilan program.
- Keterlibatan berbagai pihak, tidak hanya dalam lingkup kementerian, bahkan akademisi, swasta dan berbagai pihak lainnya, termasuk media.
- Adanya driving factor yang memicu perencanaan dan pelaksanaan program air. Driving factor (faktor pendorong) keberhasilan program pengelolaan air yang sangat mengemuka adalah keterbatasan ketersediaan sumber air baku untuk air minum.
- Konsistensi pelaksanaan program sangat terlihat dari berbagai sisi. Pelaksanaan program tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga didukung oleh masyarakat.
- Sadar bahwa masyarakat tidak hanya sebagai objek tetapi subjek, maka program edukasi dan promosi yang dilakukan kepada masyarakat dilakukan dengan sangat sistematis dan komprehensif.
Berbagai rekomendasi yang dapat
disampaikan sebagai masukan bagi peningkatan kinerja pengelolaan air buangan
–serta penyediaan air minum- bagi masyarakat adalah:
- Perlunya peningkatan semangat dan komitmen untuk perubahan. Tidak hanya berlindung dari kompleksitas permasalahan dan kondisi yang dihadapi, tetapi dengan melihat upaya transformasi yang dilakukan Singapura, semakin membuktikan bahwa perbaikan kondisi sanitasi dan layanan air minum masyarakat adalah hal yang mungki untuk dilakukan.
- Peningkatan komitmen diterjemahkan dalam penyusunan program yang disertai dengan tahapan implementasi yang jelas dan konsisten.
- Pelibatan berbagai pihak sangat diperlukan, tidak hanya pada saat perencanaan, namun juga saat implementasi. Untuk itu, upaya advokasi dan promosi berbagai produk perencanaan yang tengah dilakukan Tim Reformasi Birokrasi di Bappenas sangat relevan untuk dilanjutkan.
- Pelibatan masyarakat menjadi sangat penting, karena masyarakat tidak hanya sebagai objek tetapi juga subjek dalam pengelolaan air. Untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi, tidak hanya difokuskan pada upaya promosi tetapi juga pada perencanaan lingkup kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan demikian, upaya promosi tidak hanya sebatas pemberian pengetahuan tetapi juga memberikan arah yang jelas kepada kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat.
- Pemanfaatan air reklamasi di Indonesia sangat potensial untuk dilakukan. Ini terlihat dari sisi suplai (volume air buangan) dan sisi demand (kebutuhan air) yang semakin meningkat terkait dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Namun demikian, upaya pengembangan ini perlu didukung dengan berbagai langkah seperti penetapan standard, penyiapan legislasi hingga promosi kepada masyarakat sebagai user.
KUANTIFIKASI NILAI EKONOMI LINGKUNGAN
KUANTIFIKASI NILAI EKONOMI LINGKUNGAN
oleh
Transtoto Handadhari
BERAPA nilai rupiah kerusakan lingkungan karena kegiatan pembangunan, berapa rupiah yang diperlukan untuk memperbaikinya, dan berapa nilai kemanfaatan ekonomi kalau lingkungan itu dijaga atau diperbaiki, merupakan pertanyaan yang perlu dijawab secara kuantitatif.
Nilai ekonomi lingkungan yang dianggap tak terukur, intangible, dan sering kali bahkan dianggap tidak layak dipertanyakan karena memiliki nilai yang sulit dihitung secara nyata tersebut dapat didekati hingga menjadi tangible, terukur, meskipun cara pendekatannya bersifat relatif dan malahan tak jarang dianggap mengada-ada.
Sebuah contoh yang sering kita dengar, kerusakan lahan karena proses erosi didekati dengan menghitung berapa rupiah yang diperlukan untuk mengangkut kembali lapisan top soil yang hanyut ke sungai dan waduk ke struktur tanah di lokasi semula. Di Korea, Kim dan Dixon (1982) menyajikan angka kerusakan tanah akibat erosi tersebut sebesar 111.964 won per hektar atau senilai 162,3 dollar AS per hektar. Sedangkan di Indonesia, angka riset tentang hal ini ataupun kasus-kasus lingkungan yang lain belum diperoleh.
Nilai pokok lingkungan paling sering dihitung dari kejadian bencana tata air, kerusakan lahan, dan polusi. Nilai lainnya yang tidak kalah penting, namun sering dilupakan adalah nilai konservasi alam hayati dan plasma nutfah maupun nilai keberadaan sumber daya terhadap aktivitas eksogen baik makro maupun yang bersifat mikro. Hutan dan pepohonan berperan paling besar dalam perlindungan ekosistem lingkungan ini, sampai kepada nilai keteduhan dan estetikanya. Bahkan, sumber daya hutan mampu membentuk pola budaya dan sosial setempat.
Bagaimana menguantifikasikan nilainya, memang bukan perkara yang mudah. Tapi, paling tidak dengan itikad memberikan gambaran yang paling dapat dipertanggungjawabkan, kuantifikasi nilai ekonomi (dan finansial) lingkungan ini dapat dilakukan. Tentunya dengan simplifikasi sesederhana mungkin.
Analisis proyek dengan mempertimbangkan nilai ekonomi lingkungan dilakukan oleh Maynard M Hutscmidt bersama empat rekannya melalui metode benefit cost analysis (BCA), dikembangkan tahun 1936 di Amerika Serikat, berkaitan dengan pembangunan proyek pengairan di sana. Metode ini secara sederhana dikembangkan untuk menghitung besarnya peningkatan keuntungan proyek apabila dikeluarkan biaya konservasi lingkungannya, merupakan contoh awal usaha menguantifikasi nilai lingkungan yang mulai diperhatikan. Perdebatan cara analisa ini berlangsung sampai ke Congress selama tahun 1950-an yang mengundang perhatian para ahli ekonomi.
Di tahun 1958, Eckstein, Krutilla dan Eckstein, serta McKean memublikasikan tiga buku tentang benefit cost analysis tersebut. Hammond merupakan orang pertama yang di tahun 1958 memodifikasi metode ini untuk kegiatan pengendalian polusi. Selanjutnya tercatat nama Maass dan kawan kawan (1962), Barnet dan Morse (1963), Dorfman (1965), Herfindahl dan Kneese (1974), serta Mishan (1976) yang juga mengembangkan metode analisis di atas. Metode ini pun berkembang ke Inggris, Amerika Utara, dan Eropa Barat. Dan, kini Bank Dunia pun menggunakannya untuk menganalisa usulan investasi proyek-proyek, termasuk di negara-negara sedang berkembang.
Konsep utama analisis ini secara sederhana menghitung perbandingan keuntungan dan biaya suatu proyek, ditambah upaya konservasi, sebagaimana layaknya menggunakan metode investment criteria di bidang ekonomi. Tujuannya untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dengan menilai efek perubahan kualitas lingkungan dan mengantisipasi perlakuan perbaikan maupun pengendalian kerusakannya. Intinya, kerusakan lingkungan merupakan eksternalitas yang harus turut diperhitungkan dalam biaya proyek.
CARA sederhana lainnya yang dapat dikembangkan untuk menilai kelayakan suatu proyek adalah metode benefit loss analysis (BLA), yakni dengan memperbandingkan net present value (NPV) dari berkembangnya nilai keuntungan kegiatan dengan nilai kerugian akibat rusaknya lingkungan dalam berbagai aspek yang sebelumnya tidak pernah terjadi (Handadhari, 1994).
Eksploitasi hutan, misalnya, akan menghasilkan banyak keuntungan rupiah. Namun, juga akan merubah struktur ekosistem yang menurunkan kualitas lingkungan atau bahkan merusaknya dalam jangka waktu yang cepat, bahkan sering kali cenderung permanen. Di tanah pertanian, kegiatan budidaya yang tidak disertai konservasi telah menyebabkan erosi, menurunkan produksi pertanian dan menambah ongkos pemupukan yang tidak jarang menyebabkan polusi pestisida yang merugikan kehidupan biota air sungai dan nelayan ikan, serta kesehatan masyarakat.
Di kota besar, pembangunan kota dan permukiman telah menyebabkan naiknya suhu udara sampai 10 derajat Celsius, menurunkan kemampuan tanah menyerap air, polusi udara, tercemarnya sungai, dan berbagai kerusakan nilai lingkungan. Di sektor pertambangan, tidak dapat ditutupi timbulnya kerusakan lingkungan langsung yang amat sulit direklamasi. Namun, hal yang jelas merugikan seperti ini tidak pernah diungkapkan dalam rupiah untuk menilai pertumbuhan nilai ekonomi pembangunan yang sebenarnya.
Sebuah contoh polemik kasus lingkungan yang sempat populer adalah pembangunan padang golf dan agrowisata di Puncak sepanjang medio 1993. Pembangunan lahan 700 hektar yang menjanjikan pajak Rp 4 miliar setahun tersebut akhirnya harus diperbandingkan dengan nilai kerusakan lingkungan berupa menurunnya hasil air yang menurut perhitungan teknis mencapai sekitar 5 juta meter kubik setahun, erosi tanah 211 ton per hektar per tahun, limpasan run off 18 juta meter kubik setahun yang merusak dan memperbesar bahaya banjir di Jakarta akan mengakibatkan kerugian materiil yang bernilai rupiah sangat besar.
Dari hasil air tanah yang hilang saja, apabila dikomersialkan sebagai air mineral dengan nilai serendah Rp 100 per liter, waktu itu, bisa bernilai Rp 500 miliar per tahun. Maka, proyek tersebut justru akan merupakan kerugian nilai lingkungan yang sangat besar, jauh melampaui nilai pajak yang dihasilkan proyek tersebut (Kompas, 24 Mei 1993).
Contoh kasus environmental benefit loss analysis lainnya adalah pembangunan Jalan Tol Jagorawi yang konon sangat menguntungkan. Padahal, kita semua sadar bahwa jalan tersebut yang telah memacu kerusakan lingkungan Bogor-Puncak-Cianjur, bahkan areal pertanian dan peresapan air sepanjang jalan tol itu sendiri. Dan, kini, rencana pembangunan pantura Jakarta yang berjudul "reklamasi pantai" sedang diperdebatkan untung ruginya.
Secara nyata, keuntungan rupiahnya jelas amat menggiurkan (Kompas, 27 September 2002), tetapi kerugian materiil maupun nonmaterial yang akan ditanggung masyarakat pinggiran masih terus-menerus menjadi perdebatan.
Di Indonesia, masalah kuantifikasi nilai ekonomi lingkungan memang belum menarik untuk dibahas. Namun, beberapa ahli ekonomi dan kehutanan telah berusaha mengintroduksinya. Di antaranya, Iwan Jaya Azis (Universitas Indonesia, 1990-an) menyajikan gagasan menginternalisasi faktor-faktor eksternal melalui modifikasi model Robinson dalam bentuk model computable general equilibrium (CGE) yang diharapkan secara spesifik mampu menginternalisasi unsur-unsur pencemaran lingkungan.
Perhitungan kuantitatif nilai konservasi lingkungan hutan nasional telah pula dicoba oleh sekelompok ahli yang konon mengungkapkan bahwa nilai konservasi hutan alami terhadap perlindungan tanah dan penyerapan air saja sekitar 4 miliar dollar AS setahun.
Young Cheul Kim dan Achmad Sumitro (UGM, 2002) mengungkapkan, nilai ekonomi total hutan sebesar lebih dari Rp 10 juta/hektar/tahun, dengan nilai terbesar sebagai gudang penyimpan karbon (89%). Sedangkan IPB Bogor sebelumnya meneliti nilai hasil hutan kayu yang hanya kurang dari 5% dari nilai intrinsik sumber daya hutan, yang menyiratkan besarnya kerugian kegiatan eksploitasi apabila tanpa konservasi hutan.
Akhirnya, meskipun sifatnya masih amat nisbi, nilai ekonomi lingkungan sangat penting untuk dikuantifikasikan. Berapa nilai keuntungan suatu kegiatan pembangunan dibandingkan dengan nilai kerugiannya akibat rusaknya lingkungan dan kehidupan sosial bukanlah hal yang sulit dan mustahil dilakukan. Paling tidak, gambarannya diperlukan untuk memberikan masukan obyektif bagi para pengambil keputusan. Hanya para pihak yang terlibat tentu enggan mengungkapkannya. Apalagi, bila akan mempengaruhi "periuk nasi" mereka. Tetapi, sampai kapan?
Transtoto Handadhari, Pengamat Ekonomi Kehutanan, alumnus UGM
PERKEMBANGAN E-HEALTH DI TANAH AIR
Kesehatan jasmani dan rohani setiap penduduk merupakan bagian yang harus
diperjuangan secara proaktif dan reaktif. Kenapa? Karena kesehatan
tergolong penting sebagai has asasi manusia - tua, muda dan anak-anak,
di kota atau di desa, orang kaya atau orang miskin, pejabat atau rakyat,
di laut atau di gunung. Pendek kata kesehatan mestinya diperjuangkan
secara sungguh-sungguh. Untuk memperjuangkan kesehatan sebagai hak asasi
manusia yang hakiki, negara telah menjadikan kesehatan sebagai
prioritas penganggaran negara dan daerah dengan memberi porsi anggaran
sebanyak 20%. PERKEMBANGAN E-HEALTH DI TANAH AIR
Banyak sudah aplikasi perangkat lunak yang diciptakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan penggunanya. Mulai dari meningkatkan produktifitas, komunikasi, pergaulan, keuangan sampai kesehatan. Untuk poin yang terakhir saya sebutkan, nampaknya masih jarang dikembangkan di Indonesia. Entah dirasa kurang menguntungkan atau mungkin memang proses adapatasinya yang sulit. Padahal jika dilihat lebih jauh, aplikasi kesehatan dapat meningkatkan kinerja, efisiensi serta mengedukasi banyak orang tentang informasi kesehatan.
Sebagai contoh kecil, adalah masalah rekam medis dari pasien di rumah sakit. Coba anda bayangkan jika rekam medis ini bisa dilihat oleh dokter, pasien, dan juga staff rumah sakit secara jarak jauh atau bahkan mobile. Jadi di manapun seorang dokter berada, ia dapat mengambil tindakan tanpa harus melihat rekam medis yang ada di komputer rumah sakit terlebih dahulu. Para dokter juga dapat dengan cepat menganalisa keadaan pasien dari output grafik yang bisa diberikan oleh aplikasi tersebut.
Lalu, pasien juga bisa melaporkan perkembangan berat badan, tensi darah, kadar gula, atau hal-hal lain yang dapat dilakukan di rumah melalui sebuah website ataupun aplikasi mobile. Dan kemudian para dokter dapat memantau perkembangan si pasien tersebut. Pasien juga bisa melakukan konsultasi secara online dengan para dokter, tentunya dengan menggunakan kredit poin yang dapat dibayarkan secara online. Menyenangkan sekali jika memang kita memiliki aplikasi seperti ini yang terintegrasi dan bisa diimplementasikan secara nyata di dunia kesehatan.
Di luar Indonesia sendiri sudah mulai dikembangkan aplikasi-aplikasi kesehatan. Mulai dari aplikasi desktop yang digunakan rumah sakit, sampai yang berbentuk web, bahkan ada yang bertemakan social networking. Tidak ketinggalan juga implementasinya di perangkat mobile, semacam smartphone hingga tablet. Kebanyakan orang menyebut aplikasi seperti ini dengan e-health.
Saya sendiri masih belum berhasil mendapatkan contoh-contoh dari e-health yang ada di Indonesia. Tetapi kebetulan saya berhasil mendapatkan beberapa website serta aplikasi mobile yang bertemakan e-health di luar Indonesia. Walaupun saya harus menunggu invitasi dari versi closed beta-nya, tetapi dengan melihat halaman “about” mereka saya berasumsi, aplikasi seperti ini memang layak disebut e-health.
Nah berikut adalah beberapa aplikasi yang saya temukan, baik berupa web site maupun aplikasi mobile:
Withings
Sebuah situs yang menawarkan e-health yang terintegrasi dengan smartphone anda beserta peralatan eksternal lainnya. Di sini pengguna dapat mencatat perkembangan berat badan, tekanan darah dan juga kondisi bayi anda. Aplikasi ini cukup membantu kesadaran si penggunanya untuk memiliki rekam medis pribadi. Nantinya hasil dari data data tersebut dapat dikirimkan melalui email langsung ke dokter yang diinginkan sebagai bahan konsultasi maupun medical check up. Dengan begitu pengguna diberdayakan dan di edukasi untuk selalu memperhatikan kesehatannya dengan bantuan teknologi.Website: withings.com
MotherKnows
MotherKnows menargetkan apliaksi web mereka untuk para orang tua. Disini para orang tua dapat membuat catatan medis dari putra putri mereka. Selain itu para orang tua juga bisa menambahkan jadwal imunisasi, golongan darah, riwayat alergi, riwayat pengobatan serta tindakan kesehatan yang pernah dilakukan serta melihat statistik perkembangan berat dan tinggi anak secara cepat. Tidak ketinggalan juga para orang tua dapat mencatat, dokter mana saja yang telah dikunjungi dan lain sebagainya. Selain dapat diakses melalui web site, MotherKnows juga direncanakan akan memiliki aplikasi mobile.
Website: motherknows.com
Sickweather
Merupakan jejaring sosial dimana para anggotanya melakukan sharing mengenai kondisi kesehatan mereka. Menjadi menarik karena dengan melakukan sharing kondisi kesehatan mereka, maka jika terjadi wabah seperti demam berdarah, diare, atau malaria, anggota yang lain dapat mengetahui hal tersebut melalui fitur pemetaan. Fitur pemetaan ini menampilkan penyakit yang banyak terjadi di suatu daerah berdasarkan dari sharing status tadi. Dari data pemetaan penyakit tersebut, para petugas kesehatan setempat bisa melakukan tindakan pencegahan dengan lebih cepat, tanpa menunggu jatuhnya korban. Di lain pihak, anggota lainnya dapat memeberi saran dan berbagi cara penanggulangannya.
Website: sickweather.com
~
Nah, itulah konsep e-health yang berhasil saya temukan, dan membuka pikiran saya terbuka bahwa kita juga bisa membuat hal-hal semacam itu. Memang mungkin belum bisa mencakup semua kalangan, tetapi jika bisa berhasil maka akan sangat bermanfaat bagi dunia kesehatan di Indonesia. Usaha ini saya rasa haruslah dimulai dari para pengembang aplikasi, dimana e-health ini merupakan pasar yang masih baru dan mungkin agak sulit mencari keuntungan di sini. Hanya saja manfaat yang bisa diberikan ke masyarakat lebih besar jika hanya dibandingkan dengan ukuran keuntungan semata. Jadi bagaimana, ada yang berinisiatif membuat e-health?
APLIKASIE-HEALTH DALAM MANAJEMEN KESEHATAN
Pengantar
Ada tampaknya dalam jumlah banyak kemungkinan aplikasi teknologi informasi (TI) untuk manajemen pelayanan kesehatan. Antusiasme dalam memperkenalkan solusi dalam perawatan kesehatan TI kadang-kadang melewati pengawasan tradisional dan kontrol kualitas. Tanpa penilaian dan sistem pemikiran yang tepat (bagaimana implementasi, bagian dari sistem, kadang-kadang menghasilkan efek negatif di bagian lain dari sistem) seseorang tidak harus memperkenalkan solusi TI baru.
Bidang e-health ini seperti dikatakan, sangat luas, mencakup topik-topik seperti telemedicine, catatan elektronik, perekrutan, pergi tanpa kertas, pengadaan, skor kesehatan kartu, audit, sistem informasi dll
Detmer
The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control mendefinisikan tiga bidang informatika kesehatan:
• informatika Konsumen• Medis dan klinis informatika, dan• Bio informatika.Kategori ini didasarkan pada jenis dominan pengguna atau digunakan.Dalam tulisan ini, fokus akan pada dua jenis pertama disebutkan.Pergi ke:Informatika KonsumenSeringkali kategori ini - Informatika Konsumen - adalah yang sering disebut sebagai 'e-health' dan berfokus komunikasi kepada pasien dan masyarakat tentang topik kesehatan.
Konsumen-to-consumer (C-to-C) aplikasi yang berarti berpotensi kuat memberdayakan individu dan masyarakat. Ada 25.000 - 30.000 website berorientasi kesehatan dan mereka adalah yang paling dikunjungi. Situs-situs tersebut dan akan sumber utama informasi dan mis-informasi. Ada kebutuhan mendesak bagi semua pihak, termasuk para politisi / anggota parlemen, profesional kesehatan dan industri untuk menempatkan standar yang memadai dan kontrol kualitas untuk situs ini.
Sudah aplikasi C-to-C telah memberi kontribusi pada penciptaan "virtual" dan kadang-kadang kuat masyarakat, kadang-kadang dengan hasil dipertanyakan, seperti kekerasan sehubungan dengan Organisasi Perdagangan Dunia Summits. Tapi, kadang-kadang, lebih sesuai dengan semangat demokrasi baik-informasi, seperti jaringan antara pemilik tanah menderita banjir di Inggris. Kedua contoh dikutip sedang fokus pada pemerintah (s) dan pihak terkait lainnya.Pergi ke:Medis / klinis informatika.
Kategori ini berhubungan langsung dengan kesehatan struktur, proses dan hasil. Sebuah aplikasi utama adalah catatan medis berbasis komputer, sub-kategori yang catatan pribadi berbasis komputer yang akan memfasilitasi akses ke terapi biaya rendah, misalnya, dengan daerah-daerah tertentu dari kesehatan mental, seperti depresi.
Lain sub-kategori adalah catatan pasien berbasis komputer yang akan memudahkan pengambilan keputusan klinis. Catatan ini kemudian dapat dikaitkan dengan sistem berorientasi ilmu yang dapat berkontribusi untuk kontrol kualitas dari proses klinis. Pendukung keputusan tersebut telah terbukti memiliki hasil yang lebih baik.
Catatan kesehatan berbasis populasi komputer atau masyarakat biasanya anonim pasien dan / atau catatan pribadi. Sistem ini sangat berharga dalam kesehatan masyarakat di mana seseorang mencoba untuk melacak berbagai jenis bahaya kesehatan, terkait baik dengan, agen lingkungan atau sosial medis.Apa komentar umum, oleh karena itu, dapat dibuat mengenai catatan berbasis komputer? Tentu saja ada kekhawatiran etis yang penting dalam kaitannya dengan komposisi catatan dan akses yang sama. Juga, menghubungkan sistem pencatatan yang berbeda satu sama lain kadang-kadang menimbulkan kritik, khususnya dalam kasus-kasus yang mungkin melibatkan catatan pribadi / pasien. Sekali lagi, ada perlu untuk mengamankan standar dan kualitas dan langkah yang tepat, nasional dan internasional, yang akan diambil dalam mencari solusi.
Juga, kurangnya bimbingan dari pemerintah pusat, dalam banyak kasus menyebabkan mish-mash komputer berbasis sistem catatan pasien non-kompatibel. Keadaan seperti itu telah menyebabkan masalah timbul dalam pengolahan kelancaran pasien antara unit-unit pelayanan kesehatan, bahkan dalam otoritas kesehatan yang sama (atau setara). Terlepas dari banyak aspek positif devolusi / desentralisasi, ada, seperti yang ditunjukkan di atas-menyebutkan beberapa contoh, kebutuhan untuk koordinasi pusat.
Pengamatan ini juga mungkin memiliki beberapa bantalan internasional dengan volume tinggi orang bepergian melintasi asrama nasional dan kadang-kadang membutuhkan perawatan kesehatan darurat di luar negara masing-masing. Dalam kasus ini, transfer cepat dan efisien, elektronik, catatan medis mungkin penting untuk mencapai pengiriman perawatan akut berkualitas baik.Pergi ke:TelemedicineAkhirnya, telemedicine memberikan kategori dengan sendirinya. Telemedicine, berarti kesehatan yang disampaikan melalui sarana elektronik, telah di jalan selama lebih dari satu abad - jika perawatan yang disediakan oleh telegraf dan telepon dianggap. Namun, menjelang akhir abad lalu, ini muncul sebagai sistem pengiriman dengan potensi besar karena revolusi teknologi informasi, yang membuat dua arah, transmisi audio visual mungkin biaya yang wajar.
The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control.
Pandangan yang diungkapkan oleh Hjelm, arahkan ke kesulitan (yang tidak dapat cukup disajikan di sini) telemedicine yang dihadapi, mengakibatkan banyak kekurangan. Ini memiliki jalan panjang untuk pergi sebelum dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Salah satu kesulitan penting adalah bahwa banyak aplikasi telemedicine belum dikembangkan, dievaluasi dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah sakit, sebelum penerapan sistem jarak yang lebih jauh.P
Kesimpulan
Seperti disebutkan, teknologi informasi dan e-health memiliki potensi besar. Penelitian dan pengembangan penelitian, bagaimanapun, diperlukan dalam menilai implikasi sempit dan lebih luas dari aplikasi TI. Ini tidak bisa dibiarkan penggemar IT saja, baik kepada para politisi baik-informasi yang kurang atau profesional kesehatan. Aplikasi harus, dalam pikiran saya, akan dibangun secara bertahap dengan dimulai dari proyek percontohan skala yang lebih kecil. Pada tahap selanjutnya dan setelah penilaian hati-hati, implementasi skala yang lebih besar mungkin tepat. Nasional dan internasional, ada kebutuhan untuk aksi bersama dalam mengembangkan standar (untuk mencapai kompatibilitas) dan kerangka etika.
Dari perspektif Rumah Sakit International Federation, kami telah mencatat, dengan kejutan dan kepuasan, bahwa website kita sendiri, http://www.hospitalmanagement.net, telah mencapai audiens yang lebih besar dari yang diharapkan. Dalam waktu kurang dari setahun setelah awal, sekitar 550, 000 hits per bulan (November 2001) dan beberapa 1000 rapat kerja sehari, telah direkam. Kami mengakui, oleh karena itu, website ini sebagai alat yang ampuh dalam mencapai anggota, calon anggota, industri dan masyarakat. Menjalankan website kami tergantung pada iklan. Mengingat bahwa banyak yang mengklaim ada pertumbuhan dalam kesehatan yang berhubungan dengan e-commerce serta peningkatan penghematan biaya dalam penggunaan fasilitas e-commerce, kami berharap dan percaya diri dalam pengembangan masa depan website kami.
Ada tampaknya dalam jumlah banyak kemungkinan aplikasi teknologi informasi (TI) untuk manajemen pelayanan kesehatan. Antusiasme dalam memperkenalkan solusi dalam perawatan kesehatan TI kadang-kadang melewati pengawasan tradisional dan kontrol kualitas. Tanpa penilaian dan sistem pemikiran yang tepat (bagaimana implementasi, bagian dari sistem, kadang-kadang menghasilkan efek negatif di bagian lain dari sistem) seseorang tidak harus memperkenalkan solusi TI baru.
Bidang e-health ini seperti dikatakan, sangat luas, mencakup topik-topik seperti telemedicine, catatan elektronik, perekrutan, pergi tanpa kertas, pengadaan, skor kesehatan kartu, audit, sistem informasi dll
Detmer
The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control mendefinisikan tiga bidang informatika kesehatan:
• informatika Konsumen• Medis dan klinis informatika, dan• Bio informatika.Kategori ini didasarkan pada jenis dominan pengguna atau digunakan.Dalam tulisan ini, fokus akan pada dua jenis pertama disebutkan.Pergi ke:Informatika KonsumenSeringkali kategori ini - Informatika Konsumen - adalah yang sering disebut sebagai 'e-health' dan berfokus komunikasi kepada pasien dan masyarakat tentang topik kesehatan.
Konsumen-to-consumer (C-to-C) aplikasi yang berarti berpotensi kuat memberdayakan individu dan masyarakat. Ada 25.000 - 30.000 website berorientasi kesehatan dan mereka adalah yang paling dikunjungi. Situs-situs tersebut dan akan sumber utama informasi dan mis-informasi. Ada kebutuhan mendesak bagi semua pihak, termasuk para politisi / anggota parlemen, profesional kesehatan dan industri untuk menempatkan standar yang memadai dan kontrol kualitas untuk situs ini.
Sudah aplikasi C-to-C telah memberi kontribusi pada penciptaan "virtual" dan kadang-kadang kuat masyarakat, kadang-kadang dengan hasil dipertanyakan, seperti kekerasan sehubungan dengan Organisasi Perdagangan Dunia Summits. Tapi, kadang-kadang, lebih sesuai dengan semangat demokrasi baik-informasi, seperti jaringan antara pemilik tanah menderita banjir di Inggris. Kedua contoh dikutip sedang fokus pada pemerintah (s) dan pihak terkait lainnya.Pergi ke:Medis / klinis informatika.
Kategori ini berhubungan langsung dengan kesehatan struktur, proses dan hasil. Sebuah aplikasi utama adalah catatan medis berbasis komputer, sub-kategori yang catatan pribadi berbasis komputer yang akan memfasilitasi akses ke terapi biaya rendah, misalnya, dengan daerah-daerah tertentu dari kesehatan mental, seperti depresi.
Lain sub-kategori adalah catatan pasien berbasis komputer yang akan memudahkan pengambilan keputusan klinis. Catatan ini kemudian dapat dikaitkan dengan sistem berorientasi ilmu yang dapat berkontribusi untuk kontrol kualitas dari proses klinis. Pendukung keputusan tersebut telah terbukti memiliki hasil yang lebih baik.
Catatan kesehatan berbasis populasi komputer atau masyarakat biasanya anonim pasien dan / atau catatan pribadi. Sistem ini sangat berharga dalam kesehatan masyarakat di mana seseorang mencoba untuk melacak berbagai jenis bahaya kesehatan, terkait baik dengan, agen lingkungan atau sosial medis.Apa komentar umum, oleh karena itu, dapat dibuat mengenai catatan berbasis komputer? Tentu saja ada kekhawatiran etis yang penting dalam kaitannya dengan komposisi catatan dan akses yang sama. Juga, menghubungkan sistem pencatatan yang berbeda satu sama lain kadang-kadang menimbulkan kritik, khususnya dalam kasus-kasus yang mungkin melibatkan catatan pribadi / pasien. Sekali lagi, ada perlu untuk mengamankan standar dan kualitas dan langkah yang tepat, nasional dan internasional, yang akan diambil dalam mencari solusi.
Juga, kurangnya bimbingan dari pemerintah pusat, dalam banyak kasus menyebabkan mish-mash komputer berbasis sistem catatan pasien non-kompatibel. Keadaan seperti itu telah menyebabkan masalah timbul dalam pengolahan kelancaran pasien antara unit-unit pelayanan kesehatan, bahkan dalam otoritas kesehatan yang sama (atau setara). Terlepas dari banyak aspek positif devolusi / desentralisasi, ada, seperti yang ditunjukkan di atas-menyebutkan beberapa contoh, kebutuhan untuk koordinasi pusat.
Pengamatan ini juga mungkin memiliki beberapa bantalan internasional dengan volume tinggi orang bepergian melintasi asrama nasional dan kadang-kadang membutuhkan perawatan kesehatan darurat di luar negara masing-masing. Dalam kasus ini, transfer cepat dan efisien, elektronik, catatan medis mungkin penting untuk mencapai pengiriman perawatan akut berkualitas baik.Pergi ke:TelemedicineAkhirnya, telemedicine memberikan kategori dengan sendirinya. Telemedicine, berarti kesehatan yang disampaikan melalui sarana elektronik, telah di jalan selama lebih dari satu abad - jika perawatan yang disediakan oleh telegraf dan telepon dianggap. Namun, menjelang akhir abad lalu, ini muncul sebagai sistem pengiriman dengan potensi besar karena revolusi teknologi informasi, yang membuat dua arah, transmisi audio visual mungkin biaya yang wajar.
The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control.
Pandangan yang diungkapkan oleh Hjelm, arahkan ke kesulitan (yang tidak dapat cukup disajikan di sini) telemedicine yang dihadapi, mengakibatkan banyak kekurangan. Ini memiliki jalan panjang untuk pergi sebelum dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Salah satu kesulitan penting adalah bahwa banyak aplikasi telemedicine belum dikembangkan, dievaluasi dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah sakit, sebelum penerapan sistem jarak yang lebih jauh.P
Kesimpulan
Seperti disebutkan, teknologi informasi dan e-health memiliki potensi besar. Penelitian dan pengembangan penelitian, bagaimanapun, diperlukan dalam menilai implikasi sempit dan lebih luas dari aplikasi TI. Ini tidak bisa dibiarkan penggemar IT saja, baik kepada para politisi baik-informasi yang kurang atau profesional kesehatan. Aplikasi harus, dalam pikiran saya, akan dibangun secara bertahap dengan dimulai dari proyek percontohan skala yang lebih kecil. Pada tahap selanjutnya dan setelah penilaian hati-hati, implementasi skala yang lebih besar mungkin tepat. Nasional dan internasional, ada kebutuhan untuk aksi bersama dalam mengembangkan standar (untuk mencapai kompatibilitas) dan kerangka etika.
Dari perspektif Rumah Sakit International Federation, kami telah mencatat, dengan kejutan dan kepuasan, bahwa website kita sendiri, http://www.hospitalmanagement.net, telah mencapai audiens yang lebih besar dari yang diharapkan. Dalam waktu kurang dari setahun setelah awal, sekitar 550, 000 hits per bulan (November 2001) dan beberapa 1000 rapat kerja sehari, telah direkam. Kami mengakui, oleh karena itu, website ini sebagai alat yang ampuh dalam mencapai anggota, calon anggota, industri dan masyarakat. Menjalankan website kami tergantung pada iklan. Mengingat bahwa banyak yang mengklaim ada pertumbuhan dalam kesehatan yang berhubungan dengan e-commerce serta peningkatan penghematan biaya dalam penggunaan fasilitas e-commerce, kami berharap dan percaya diri dalam pengembangan masa depan website kami.
- Detmer D. Transforming Health Care in the Internet Era. World Hospitals and Health Services. 2001;37:2.
- Hjelm M. Making Telemedicine an In-patient. Hospitals International. 2001;37:2.
Tinja tergantung dari sudut mana kita melihatnya, bisa merupakan berkah juga bisa malapetaka. Setiap hari seseorang membuang tinja seberat 125 – 250 gram. Jika sekarang ada 100 juta orang tinggal di wilayah perkotaan, maka kawasan perkotaan tersebut menghasilkan sekitar 25 ribu ton tinja.
Menurut data Bank Dunia, masyarakat Jakarta membuang tinja sekitar 714 ton setiap harinya dan buangan urine sekitar 7000 m3. Buangan tinja tersebut, ada yang mengendap di dalam tanah dan ada pula yang dibuang di sungai-sungai. Jika dikelola sebagai kompos dan pupuk cair maka tinja dan urine ini merupakan berkah karena merupakan potensi yang besar dan berkelanjutan. Tetapi jika tidak dikelola merupakan malapetaka yang siap menggerogoti perekonomian dan kesehatan masyarakat. Berikut ini adalah beberapa dampak dari 4 kandungan yang dimilikinya :
1.Mikroba
Sebagian di antaranya merupakan mikroba patogen seperti, bakteri Salmonela Typhi (penyebab demam tifus), bakteri Vibrio Cholerae (penyebab kolera, hepatitis A, dan polio). Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koil-tinja.
Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi.
Tifus mencapai 800 kasus/100.000 penduduk, tertinggi di seluruh Asia. Diare mencapai 300 kasus/1000 penduduk. Polio masih dijumpai di Indonesia walau di negara lain sudah sangat jarang.
2.Materi Organik
Sebagian merupakan sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna. Dapat berbentuk karbohidrat, protein, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200 – 300 mg BOD5.
Sekitar 75% sungai di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai Ciliwung memiliki BOD5 40mg/L, empat kali lipat dari batas maksimum sebesar 10 mg/L. Kandungan BOD yang tinggi mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna hitam.
3.Telur Cacing
Orang yang cacingan, akan mengeluarkan tinja yang mengandung telur-telur cacing. Banyak cacing yang bisa ditemukan di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, dan cacing tambang. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak di perut orang lain.
Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70% dari balita.
4.Nutrien/hara untuk pupuk
Umumnya merupakan senyawa nitrogen dan fosfor yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedang fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan fosfat sebesar 30 mg. Satu liter unine mengandung lebih dari 30 mg urea.
Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang. Akibatnya, warna air jadi hijau dan ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan air lainnya mati. Fenomena yang disebut Eutrofikasi ini mudah dijumpai di waduk, danau, atau balong-balong.
Sangat ideal jika penanganan tinja dan urine ini dilakukan secara terpadu, dimulai dari skala perumahan hingga skala kota kecil dan skala kota besar.
RUMAH PANEN HUJAN ATAU RUMAH LESTARI
PENGANTAR
Panen hujan bukan hal baru. Pemanfaatan
air hujan untuk kehidupan manusia diyakini sama tuanya dengan
kedatangan manusia pertama dani bumi. Suatu referensi terbaik dan
terlengkap tentang proses terjadinya dan manfaat air hujan bagi
kehidupan manusia tertulis dalam firman Tuhan (Al-qur’an) sejak 1400
tahun yang lalu.
Penulis dilahirkan dan dididik dari
keluarga petani di salah satu desa kecamatan Seginim kabupaten Bengkulu
Selatan Bengkulu. Ayah penulis bernama H. A. Rahim dan ibu Hj. Rahina.
Keluarga seperti itu sangat memahami makna air sebagai rahmat Tuhan
Yang Maha Pemberi Rezeki. Bila tanpa air (sering diuji dengan kemarau
panjang) maka dengan sendirinya rezeki menjadi berkurang baik dalam
jumlah dan keberkatannya. Perkenalan dengan al-qur’an surat al-ambiya
ayat 30 yang berbunyi: ”Kami jadikan semua yang hidup dari air, mengapa
kamu tidak mau beriman”, menjadikan penulis semakin memahami ”harga”
air hujan – tidak ternilai.
Sejak masih menyewa dari bedeng ke bedeng
di dasa warsa 70-an hingga 90-an penulis mempunyai cita-cita untuk
memiliki sebidang tanah di manapun berada untuk dibangun sistem panen
hujan. Sistem panen hujan yang dimaksud adalah sistem yang dibangun
untuk menampung semua air hujan yang jatuh pada lahan pekarangan dan
rumah. Alhamdulillah pada tahun 1998 bulan Agustus penulis dipertemukan
dengan tetangga di luar tembok luar kompleks tempat penulis tinggal 5
tahun sebelumnya. Dia menawarkan lahan rawa persis di berbatasan tembok
kompleks Bukit Sejahtera.
Setelah dicapai saling pengertian dan
perjuangan panjang (karena uang terbatas) maka lahan rawa dengan luas
1.440 m2 itu resmi menjadi milik keluarga. Lahan ini mulai ditata.
Prinsip “tidak menimbun bila tidak menggali” mulai diterapkan. Rawa
yang semula ditanam padi itu pada bagian tertentu digali lalu tanahnya
ditimbunkan di bagian yang lainnya. Mimpi penulis ingin membangun rumah
panen hujan mulai timbul dan tumbuh dengan subur. Pembangunan rumah
tersebut memperoleh pinjaman lunak dari Bank Sumsel Syariah Palembang.
Langkah awal yang lakukan adalah menggali
kolam di bagian timur (disepakati sebagai bagian depan) dan di bagian
barat (disepakati sebagai bagian belakang). Di bagian timur penulis
rancang sebagai kolam
(a) semua air atap ditampung
(b) dari dak palsu disalurkan dengan dengan dak palsu pipa ke penyaringan
(c) air hujan ditampung ke kolam renang
(d) hujan yang jatuh di halaman ditampung
di kolam depan rumah penampungan air hujan dari seluruh lahan. Luas
kolam ini dirancang berukuran panjang 30 m dan lebar 12 m (25% dari luas
lahan). Di bagian belakang adalah kolam penampungan air (belakangan
dijadikan kolam renang) yang berasal dari sebagian besar atap rumah.
Kolam renang ini berdimensi panjang 7 m lebar 5 m (2,5% dari seluruh
luas lahan). Daerah yang ditimbun selanjutnya ditanami sejumlah jenis
tanaman – pisang, ubikayu, sukun, kelapa, mangga, durian, pepaya dan
sebagainya.
Sekeliling bangunan dibuat dak palsu
sebagai “talang”. Alhamdulillah ¾ atap rumah sudah diarahkan saluran
pengaliran air hujan menuju “cikal bakal” kolam renang. Sisa atap yang
sudah dibuat talang berupa dak palsu sudah dibuat pipa penyalurannya
tetapi masuk ke kolam di depan rumah. Setiap terjadi hujan lebat air
hujan yang jatuh di bagian atap sebelah belakang rumah mampu
menghasilkan air pengisi kolam renang puluhan meter kubik. Sedikitnya
sekitar 6 sampai 10 meter kubik air bersih tertampung dalam kolam ini
setiap kejadian hujan. Kolam yang bisa menyampung 40 m3 itu penuh dalam
beberapa kali hujan lebat. Jumlah itu menghemat rekening ledeng hingga
Rp 300 ribu per bulan bahkan lebih besar dari jumlah itu.
TANGKI AIR BERMETER, SEBAGAI BAGIAN PANEN HUJAN
Ada yang unik dengan pembangunan sistem
panen hujan pada rumah penulis di Komplek Bukit Sejahtera blok DM 99 RT
56 Bukit Lama Palembang 30139 Indonesia. Pertama, tangki tersebut yang
dirancang bersama antara penulis dan James Miller (James adalah yunior
penulis dari University of Cranfield Inggrisn – diundang sebagai tenaga
volunter dari Silsoe Aid For Appropriate Dvelopment – SAFAD). Keunikan
Pertama adalah meter penunjuk ketinggian
muka air dalam tangki. Kedua, bentuk tangki yang bulat dan panjang –
mirip peluncur satelit). James menyarankan banyak hal tentang desain
tangki. Penulis juga melakukan yang sama. Namun, tukang kepercayaan
penulis sudah sangat pengalaman dan bila mereka (dua orang) tidak setuju
maka akan dibantahnya dan dicarikan alternatif yang dianggap paling
baik. Pembuatan meteran pembaca tinggi muka air berbeda dengan saran
semula yakni disatukan dengan pipa penyaluran air. Dengan menggunakan
elbow dan selang trasparan serta paku clamp dibuatlah meteran tersebut.
Alhamdulillah fungsinya baik dan enak dilihat. Bentuk tangki air hujan
yang bulat dan panjang menjadi daya tarik tersendiri.
Yang Menarik bahwa meskipun diameternya
hanya 2 m dan tingginya 3 m tetapi isinya bukan 6 m3 melainkan sekitar
10 m3. Ini menambah kekaguman penulis kepada sang pencipta jagad raya
yang semuanya berbentuk bola dengan demikian luas permukaannya luas dan
isinya banyak. Meski bumi dianggap planet yang berukuran “kecil”
dibanding dengan kebanyakan planet lain dalam tata surya matahari kita
namun karena bentuknya seperti bola maka diyakini bahwa dalam waktu lama
bumi tak akan penuh dengan manusia. Bumi bisa mendukung kehidupan
manusia sampai i jumlah sebanyak-banyaknya. Insya-Allah. Sejak
terbangunnya tangkii bermeter ini penulis semakin ingin mengajak semua
pihak untuk menerapkan sistem panen hujan tersebut di manapun. Tidak
urung kepala Dinas Pendidikan kota Palembang pernah menyatakan kepada
penulis tentang niat beliau untuk membangun sistem panen hujan pada
sekolah-sekolah yang ada di kota Palembang. Penulis waktu itu menjawab:
“siap pak, kami akan bantu”.
KEUNTUNGAN MENERAPKAN SISTEM PANEN HUJAN
Semua kita termasuk penulis masih senang
dengan fadhilah sesuatu amalan. Bila seseorang beriman maka selanjutnya
dia beramal shaleh. Kalau tidak maka imannya akan rusak. Karena orang
beriman mirip dengan sebatang pohon yang rindang dan kuat akarnya. Pohon
seperti itu harusnya menghasilkan buah yang disenangi lingkungannya –
manusia, binatang dan sebagainya. Buah ini sama dengan amal shaleh. Amal
shaleh yang benar harus dilengkapi dengan upaya saling berwasiat
tentang kebaikan dan saling berwasiat tentang kesabaran. Jadi tidak
lengkap bila hanya dengan memenuhi kebutuhan sendiri- tidak mengajak
orang lain. Panen hujan bukanlah hal sulit, yang penting ada kemauan.
Orang yang memahami dengan baik fadhilah sesuatu perbuatan tentu tidak
dengan serta merta pasti akan mengamalkannya (menerapkan teori yang ada
padanya). Upaya sosialisasi atau pemberian pelatihan tentang sistem
panen hujan di rumah-rumah merupakan awal yang baik. Bila telah tumbuh
kesadaran bahwa panen hujan merupakan pekerjaan mulia – baik untuk diri
sendir maupun lingkungan maka diyakini orang akan mengadopsinya. Maka
bila semua penduduk sudah banyak menerapkan sistem panen hujan tidak
saja ia akan memperoleh air hujan yang berkualitas tetapi dapat terjadi
pengurangan banjir di sekeliling tempat tinggalnya.
Bagaimana sistem panen hujan bisa
mengurangi banjir? Banjir yang dapat dikurangi dengan sistem panen hujan
tentunya banjir yang hanya disebabkan oleh air hujan. Banjir karena
limpahan air sungai akibat pasang atau banjir kiriman tidak dapat
diatasi dengan panen hujan. Ambil contoh pada areal lahan seluas 1500
m2. Pada areal seluas itu bila terjadi hujan selama 1 jam dengan
intensitas 50 mm/jam. Bila semua areal lahan itu kebanyakan merupakan
areal kedap air- atap, pelataran dari semen, jalan aspal maka nilai
karakteristik tangkapan (catchment characteristic, cc = 0,90). Dengan
demikian jumlah air yang terakumulasi dari areal lahan tersebut = 1500 x
0,90 x 50 x 0,001 m = 67,5 m3. Bila ada sistem panen hu jan dalam
bentuk kolam renang, tangki dan kolam ikan maka air dalam jumlah
tersebut tidak akan membanjiri areal lahan. Bila dari atap seluas 250 m2
semuanya masuk ke tangki dan kolam renang maka berarti air hujan yang
terpanen adalah sebanyak 1/6 x 67,5 m3 = 11,25 m3. Bila hujan dua kali
dari intensitas semula maka air hujan dengan kualitas baik yang bisa
disimpan adalah 22,5 m3. Jumlah ini sama dengan 6 tangki air PDAM. Bila 1
tangki harganya Rp 100 ribu maka keuntungan dari menampung air sama
dengan Rp 600 ribu. Angka ini hanya menggambarkan kesyukuran kita
pada-Nya.
Hujan yang dipanen secara baik dan
berkala di rumah sendiri, perkantoran, pasar, mesjid dan tempat-tempat
lainnya akan banyak selali memberi keuntungan. Keuntungan seperti ini
tentu saja berdimensi waktu yang lama namun memberikan banyak manfaat –
ekonomis, sosiologis, teologis dan ekologis. Secara ekonomis sudah tidak
bisa diragukan lagi. Air hujan memberikan keuntungan yang berlapis dan
efeknya multi. Dengan banyaknya air – ikan dan tanaman produksinya
berlimpah. Air hujan yang ditampung di kolam bisa disaring dengan
ijuk-pasir-arang-pasir-koral, hasilnya dimanfaatkan untuk mandi, cuci,
siram tanaman dan cuci kendaraan serta halaman rumah.
Tampungan air berbentuk kolam berfungsi
sebagai objek wisata yang alami. Pohon di sekitar kolam yang rindang
mengundang satwa dengan bunyi yang bermacammacam. Ada kolam berarti
memungkinkan dibangunnya air mancur dan/atau air terjun.
Kondisi seperti ini menjadikan penghuni
rumah nyaman- serasa seperti tinggal di dekat bukit/ngarai alami. Air
berisik dan terkadang ikan melompat-lompat seperti ingin bermain di
sekitar jatuhnya air.
Meminta orang sekitar untuk menangkap
ikan dengan cara tradisional – menggunakan waring besar seperti pukat
harimau – memberikan pelajaran berharga kepada penulis dan keluarga.
Tiga empat orang kepercayaan sejak lama menangkapkan ikan pada kolam di
halaman rumah yang berdimensi cukup luas dan dalam itu. Tanpa ada
perjanjian berapa ongkos untuk “bekarang” ikan itu mereka secara
sungguh-sungguh dan sabar menangkap ikan- tidak peduli dingin atau panas
matahari. Memang banyak ikan yang berhasil ditangkap. Sayang mereka
melewatkan sholat zuhur dan bahkan ashar. Pada saat salah seorang
terkena sengatan listrik karena saat terakhir mereka merasa lelah
penulis menyarankan memakai sistem “setrum”.
Menangkap ikan dengan menggunakan setrum
listrik sesungguhnya tidak dianjurkan dari aspek apapun – berbahaya bagi
penangkap ikan maupun bagi ikan itu sendiri. Bagi penangkap bahaya
setrum listrik dapat terjadi melalui sebab yang beragam – ada kabel
telanjang dan sebagainya. Waktu itu pernah satu orang kena setrum dan
hampir mati. Pada saat itulah penulis “menggugah” hatinya dengan
memberikan nasehat berupa jangan tinggalkan sholat, karena Allah masih
memberi kesempatan anda hidup. Tanpa jawaban yang pasti kecuali dia
ingin bersedekah tanda bersyukur bahwa dia masih hidup.
Pengalaman lainnya adalah bahwa ada jenis
ikan yang tidak tahan dengan himpitan derita sewaktu di-“rumah”kan
sementara pada bak air berukuran 2 m x 1 m x 1 m. Banyak ikan kecil dan
jenis tertentu yang mati. Ikan yang disetrum juga mati, tetapi ada jenis
tertentu yang tidak mati. Terangkatnya ikan-ikan dan udang kecil tanpa
diambil “pemilik” kolam menjadikan penulis sempat merenung sebagai
“pelajaran” dari Tuhan. Permisalan dari kejadian ini adalah bahwa
pemimpin umat semestinya “bijak” karena sepak terjang mereka banyak
membuat “sengsara” masyarakat kecil. Sangat sering terjadi di sekitar
kita bahwa para pemimpin sepertinya “akor-akor” tetapi pengikut mereka
saling membunuh.
Pelajaran lainnya yang dapat dipetik dari
kolam adalah bahwa limbah domestik dari dapur ternyata tidak
“mencemari” kolam yang jumlah airnya hampir 800 m3 itu. Pelajaran ini
mungkin merupakan “amsalu” dari ayat al-qur’an yang menyatakan bahwa
perbuatan dosa dapat “dilebur” oleh adanya “danau” kebaikan. Bahkan
kedatangan “limbah” yang kotor dan jorok itu (dua hari sekali) disambut
oleh udang berbagai ukuran dan jenis, siput air, serta ikan berbagai
jenis dan ukuran. Gudang tempat air dan limbah itu ternyata sejak lama
telah Allah “sulap” menjadi rumah udang gala, ikan, siput dan
sebagainya. Tidak kurang ribuan kilogram biomassa yang lezat dan
menyehatkan itu telah membuktikan firman Tuhan
“kami_jadikan_semua_yang_hidup_dari_air” itu.
“Betapa mulianya Engkau wahai Yang Maha
Mulia”, penulis sering bergumam. Bayangkan ikan, udang dan siput yang
sering diberi hidangan -yang busuk-busuk, basi dan tidak pernah akan
dikonsumsi kembali oleh “manusia” yang mengklaim dirinya mulia itu –
tumbuh dan berkembang biak dengan aneka warna dan ukuran. Ikan patin ada
yang berukuran 3 kg, gurami sekitar 2 kg, ikan seluang yang lebih besar
dari saudaranya di sungai-sungai, udang gala dan sebagainya. Tetangga
dan para penangkap ikan bergembira dengan kehadiran ikan dan udang itu
di rumah mereka. Ikan seluang menurut salah seorang tetangga baru satu
kali ini berukuran “jumbo”.
“Subhanallah”. Melalui kebaikan Engkau ya
Allah, biomassa yang tadinya busuk itu kami makan dengan lezatnya. Ini
sama dengan pepatah yang mengatakan “keburukan dibalas dengan kebaikan”.
Lezatnya udang dari kolam “serba guna” di halaman rumah penulis itu
sempat dimakan dengan lahapnya oleh James Miller, tamu kami yang
mengundang barokah Allah yang banyak.
BAGAIMANA KUALITAS AIR HUJAN DAN KOLAM?
Penulis telah melakukan analisis fisik,
kimia dan biologis air hujan, air kolam dan air kolam yang disaring
menggunakan saringan : ijuk_pasir_arang_pasir_koral_pasir_dan_batubata.
Secara fisik, kimia dan biologis semua air hujan memenuhi syarat
kesehatan sebagai minum, sedangjkan air kolam yang dijadikan kolam ikan
tidak memenuhi persyaratan kesehatan untuk air minum. Analisis
fisik-kimia-dan-biologis air dilakukan pada Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Palembang melalui kebaikan mitra penulis meliputi Birmansyah
dan Heri (S2 Pengelolaan Lingkungan PPS Unsri) serta Amar Muntaha
(Kandidat S3 Ilmu Lingkungan PPS Unsri).
PENUTUP
Membangun rumah sistem panen merupakan
bentuk kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Bersyukur. Dari konteks apa hal
itu dikatakan bersyukur. Secara hakikat, semua yang di atas permukaan
langit dan bumi serta apa-apa yang ada didalamnya bertasbih kepada Tuhan
mereka. Tasbih mereka itu paling tidak adalah “subhanallah” (maha suci
allah – tanpa kekurangan satu apapun jua). Hujan sebagai salah satu
makhluk ciptaan Tuhan tentu bertasbih. Nah bila hujan “bertamu” ke
halaman, ke atap atau ke atas lahan pertanian kita maka sebaik-baik
“tuan rumah” adalah mereka yang melayani “tamunya” dengan baik. Allah
sangat senang yang memuliakan tamu karena hal itu adalah bagian dari
tanda syukur kepada-Nya.
Penulis berkeyakinan bahwa dengan
kesyukuran di atas maka Allah telah menganugerahkan banyak sekali rezeki
– melalui upaya panen hujan – pohon buah tumbuh subur, banyak burung
yang datang dengan suara yang merdu, ikan dan udang beraneka-ragam,
ditambah banyak tamu yang berkunjung dan sebagainya. Pemilik rumah dan
rumah itu sendiri sering dipotret oleh wartawan dan gambarnya dimuat di
harian, majalah, televisi dan sebagainya. “Maka nikmat mana lagi yang
masih kamu dustakan?”. QS surat ar-rohman. Mari kita tunaikan tugas kita
dengan baik – sebagai khalifah, hamba Allah dan da’i ilallah.
Bila anda punya ilmu pengetahuan dan
teknologi tentang apa saja maka yang penting adalah bagaimana ilmu yang
diperoleh itu disyukuri dengan jalan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Demikian juga dengan sistem panen hujan ini setelah anda
paham maka penulis ingin mengajak untuk menerapkannya. Mulailah dari
yang kecil, mulailah sekarang dan anjurkanlah kepada orang lain. Di sini
akan berlaku ilmu yang bermanfaat dan amal jariah. Wassalamu alaikum,
walhamdulillahirabbil ‘alamin.
Sejak pendidikan di Inggris pada era
1980-1990 saya banyak merenung dan merenung. Salah satu renungan saya
kala itu adalah bahwa Inggris mempunyai curah hujan yang relatif rendah
yakni sekitar 700 mm per tahun. Jumlah ini hanya sekitar 25% dari apa
yang dianugerahkan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Di negara kita curah
hujan tahunan berkisar antara 1500 mm di bagian timur dan dapat mencapai
4500 mm di bagian barat Indonesia.
Dengan curah hujan yang jauh lebih rendah
dibandingkan curah hujan negara kita ternyata Inggris jarang mengalami
kekurangan air bersih (air ledeng). Selidik punya selidik ternyata
mereka sudah mengerti dengan pesan dari langit – Tuhan. Meskipun mereka
juga dikenal dengan negara “godless country” tetapi dalam konteks ini
mereka memahami pesan Tuhan mereka – bersyukur dengan pemberian Tuhan.
Tuhan memberi mereka curah hujan yang mencukupi. Mengapa bisa mencukupi?
Ternyata mereka memanen hujan antara lain
dalam bentuk “runoff harvesting” (panen air limpasan). Di mana-mana
dibangun danau buatan. Dengan danau yang berukuran raksasa yang menyebar
di seluruh negeri maka kebutuhan air untuk irigasi dan untuk kebutuhan
lainnya menjadi tercukupi. Air bersih yang mereka distribusikan kepada
pelanggan juga didaur ulang sekian kali.
Kondisi kontras ternyata terjadi di tanah
air kita. Kalau musim penghujan air hujan membentuk air bah (banjir).
Sebaliknya di musim kemarau ketiadaan air untuk mandi, cuci dan kakus
(MCK) merupakan menjadi hal biasa. Dengan kondisi begini berarti tanaman
dan hewan ternak tentu jauh dari kecukupan air. Banyak ternak, kolam
ikan dan tanaman menjadi kekurangan air. Ironis bukan?
Beranjak dari kondisi itu saya berfikir
dan bekerja keras. Yang saya lakukan adalah membangun opini di
masyarakat tentang bagaimana mengubah fenomena banjir dan kekeringan ini
tidak lagi menjadi fenomena derita. Walaupun tidak bisa meniadakan
banjir dan kekeringan, tetapi saya ingin sekali banyak pihak menjadi
sadar bahwa air yang dikirim ke bumi dari langit bukan laknat tetapi
merupakan rahmat. Sebaliknya kekeringan di musim kemarau merupakan era
di mana radiasi matahari merupakan sumber energi yang sangat baik untuk
berlangsungnya fotosintesis. Dari proses ini dihasilkan banyak senayawa
organik seperti karbohidrat, lemak dan protein. Yang dibutuhkan adalah
khlorofil. Khlorofil terbentuk bila cukup air. Karena itu bila air
ditampung selama musim hujan, maka akan banyak manfaatnya di musim
kemarau.
Mencoba agar fenomera tersebut menjadi
kenyataan saya diberi kesempatan oleh Allah, Tuhan yang maha kuasa untuk
memodifikasi rumah sebagai ajang “kemarahan” saya dengan sulitnya
meminta dukungan dari banyak pihak untuk membangun rumah panen hujan.
Terus terang saya mempunyai uang terbatas yang tidak terbatas pada diri
saya dan keluarga adalah semangat dan kasih sayang sesama. Pada tahun
1998. Saya menemukan lahan rawa di pinggir kompleks perumahan Bukit
Sejahtera Palembang, tepatnya di sebelah rumah nomor DN 22, DN 23 dan DM
4. Lahan ini memanjang berukuran 59 m dan lebar 24 m. Luas lahan ini
sekitar 1440 m2. Lahan ini memanjang dari timur ke barat.
Bagi saya lahan ini sangat tepat karena
lahan ini merupakan tempat air (tangkapan) sewaktu musim penghujan.
Untuk itu saya harus menggunakan prinsip “menggali bila ingin menimbun”.
Alhamdulilah setelah lahan saya tata di mana untuk rumah di mana untuk
kolam, maka di sepakati bahwa rencana bangunan rumah saya letakkan di
bagian barat dan di bagian timur kolam ikan. Rencana rumah nantinya di
bagian belakang akan dibangun kolam renang yang saya rencanakan berguna
multi guna yakni sebagai sumber air untuk cuci pakaian, untuk
penampungan air hujan dan kolam untuk mandi.
Kolam ikan di bagian timur juga saya akan
gunakan dengan multi-guna yakni sebagai tempat penampungan ir hujan
dari seluruh areal, tempat penampungan limbah domestik dan tempat
membesarkan berbagai jenis ikan serta tempat rekreasi. Belakangan air
kolam itu menjadi sumber air yang baik untuk cuci kendaraan dan sumber
irigasi untuk tanaman.
Setelah enam tahunan berksperimen saya
mulai “membangun” rumah panen hujan yang saya telah lama saya
rencanakan. Rumah itu atapnya akan saya lengkapi dengan dak-dak palsu
sebagai talang untuk penampungan air hujan. Nah tahun 2006 semua selesai
dan air hujan ternyata dengan curah hujan gerimis sampai lebat akan
terkumpul di kolam renang belakang rumah. Semua bisa mandi, tetapi ada
sedikit yang tidak baik yakni rekening air ledeng saya tinggal 30 a/d 40
persen dibandingkan bila saya tidak mengunakan rumah panen hujan ini.
Mudah2an tidak menjadikan teman2 di PDAM kecewa. Tetapi dalam fikiran
saya bila ini ditiru jutaan rumah di seluruh tanah air dan bahkan dunia
maka fenomena banjir dan kekeringan akan menjadi berkurang. Ok pembaca
nanti saya akan cerita lebih lengkap. Wass.
videonya boleh ditengok di sini: http://www.youtube.com/watch?v=43t8bFztUuARumah Panen Hujan
Oleh: H. Supli Effendi Rahim
Sumber: http://suplirahim.blogspot.com/
Suatu hari di akhir November 2009 saya
mengundang mahasiswa S3 PPS Unsri untuk datang ke rumah kami di Poligon
blok DM 99 Palembang. Tujuannya tidak lain adalah silaturahim sambil
melakukan kuliah lapangan. Sejumlah 11 mahasiswa hadir kecuali satu
orang pulang kampung ke padang. hadir juga dalam kongko-kongko di teras
rumah istri saya itu sejumlah mahasiswa ekstension FT Unsri yang
dibimbing oleh kandidat doktor Reni Yunan.
Pertemuan yang sederhana penuh canda itu dimulai dengan sambutan saya tuan rumah tentang rumah panen hujan.
Cerita dimulai dengan ungkapan bahwa saya
sudah lama sekali memahami fenomena pengelolaan rawa yang ramah
lingkungan dikaitkan dengan rumah panen hujan. Ada sejumlah latar
belakang mengapa saya tertarik dengan pembangunan rumah panen hujan
tersebut.
Pertama, negara kita – Indonesia – selalu
mengalami peristiwa banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim
kemarau. Berdasarkan hasil kajian atau analisis terhadap neraca air di
kawasan bukit besar dan sekitarnya maka sangat jelas bahwa kawasan di
mana rumah di bangun itu mengalami surplus positif pada bulan-bulan
Oktober sampai April, sebaliknya surplus negarif pada bulan-bulan Mei
sampai September.
Kedua, saya ingin sekali membangun rumah
sebagai contoh kepada masyarakat luas yang memanen hujan dengan berbagai
cara, selain itu juga dapat mengolah air limbah domestik. Sudah
merupakan fenomena yang sangat menyedihkan pada waktu hujan lebat air
mengalir bebas dan terkadang sempat membanjiri daerah sekitar, sedangkan
pada musim kemarau kekeringan. Bila demikian maka ada kesan bahwa air
menjadi tidak bermanfaat tetapi sering juga menjadi sumber mudarat.
Ketiga, Kalau masa sekarang atau masa
yang akan datang konsep rumah panen hujan ini sudah menjadi budaya
sebagian besar masyarakat di suatu DAS maka diyakini bahwa tidak saja
bahaya banjir bisa dielakkan tetapi juga halaman rumah adalah sumber
pendapatan keluarga sekaligus terkendalinya pencemaran lingkungan.
Atas dasar tiga hal itu di samping pertimbangan lain, saya dan keluarga bersepakat untuk membangun rumah rumah panen tersebut.
Pertama, dalam pembangunan itu dilakukan
penataan ruang (spatial arrangement). Dari luas tanah yang dulunya
adalah rawa dengan kedalaman genangan tertinggi adalah 30 cm direkam
bahwa lahan itu pada awalnya adalah tempat peresapan air sebanyak 450
m3. Dari perhitungan neraca air yang merupakan penghitungan berapa air
yang masuk, berapa yang keluar, dan berapa yang dapat ditampung dengan
berabagai cara (tangki, sumur, kolam renang dan kolam ikan) diperoleh
angka untuk pembangunan kolam ikan. Kolam ikan yang direncanakan
mempunyai fungsi yang banyak antara lain penampungan semua air yang
masuk kawasan itu (air hujan dan air limbah domestik). Disepakati bahwa
kolam itu berdimensi 30 m x 10 m x 4 m atau mempunyai kapasitas tampung
1200 m3. Luas kolam ini lebih kurang 25% dari luas seluruh areal. Tanah
dari hasil galian kolam itu selanjutnya digunakan untuk menimbun areal
75% dengan ketinggian sekitar 100 cm dibandingkan dengan ketinggian
permukaan tanah alami.
Penerapan etika lingkungan
Sejumlah cara yang dapat dilakukan manusia yang berkaitan dengan etika lingkungan.
1. Konservasi : menjaga/membatasi sumber daya alam.
Maksudnya, manusia harus menghilangkan pandangan bahwa bumi merupakan SDA yang tidak terbatas sehingga manusia dapat menggunakan seenaknya
2. Meyakini bahwa manusia merupakan bagian dari alam, dengan cara:
a. Tidak mengeksploitasi SDA secara berlebihan
b. Tidak merusak alam sekitar
c. Memperbaiki kerusakan SDA akibat eksploitasi berlebihan dan menyadari bahwa eksploitasi mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan
3. Mendukung dan menjamin bahwa lingkungan dapat meneruskan fungsinya untuk kelangsungan hidup semua makhluk dengan menghormati alam
4. Mengelola sistem lingkungan dengan menggunakan ilmu dan tekhnologi yang ramah lingkungan
Menurut UU pengelolaan Lingkungan Hidup, peran dan fungsi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup :
a. Bertanggung jawab saat mengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup
b. Meningkatkan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
c. Mengembankan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup
d. Menyebarluaskan informasi lingkungan hidup kepada masyarakat
e. Memberi penghargaan bagi orang yang berjasa dalam pengelolaan lingkungan hidup dan memberi hukuman bagi yang merusaknya
Peran Organisasi/Institusi dalam pengelolaan lingkungan
a. Memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat.
b. Meneliti masalah lingkungan hidup dan hasilnya disebarluaskan kepada masyarakat.
c. Mengontrol pemerintah dalam pelaksanaan UU pengelolaan lingkungan hidup.
d. Berperan aktif sebagai mitra regulator dalam memberikan informasi mengenai lingkungan hidup kepada masyarakat.
e. Membantu menyelesaikan masalah lingkungan hidup dalam masyarakat
Peran Individu dalam pengelolaan lingkungan
a. Mematuhi kebijakan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.
b. Tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan.
c. Saling mengingatkan apabila ada yang melakukan kegiatan yang merusak lingkungan.
d. Menyayangi binatang dan tumbuhan sehingga terhindar dari kepunahan.
Peran Pengelolaan Lingkungan dalam keluarga
a. Menanam dan memelihara tanaman di pekarangan rumah
b. Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya
c. Memberikan tanggung jawab pada tiap angggota keluarga untuk membersihkan rumah secara rutin
Peranan dalam Lingkungan Pendidikan /Sekolah/Universitas
a. Pembahasan atau mengenai lingkungan hidup
b. Pengelolaan sampah
c. Penanaman pohon
Peranan di Lingkungan Masyarakat
a. Membuang sampah pada tempat pembuangan sampah akhir secara berkala
b. Memisahkan sampah organik dan anorganik
c. Melakukan gotong royong secara berkala
d. Mendaur ulang sampah yang dapay diperbaharui
No comments:
Post a Comment